TAFSIR AL-KASYAF
(Zamakhsyari)
A.
Biografi Pengarang Kitab Al-Kasyaf
Kitab
ini ditulis oleh Abu Qasim Mahmud bin Umar al Khawarizmi al-Zamakhsyari. Beliau
lahir pada hari rabu tanggal 27 rajab 467 H bertepatan dengan tahun 1074 M di
Zamakhsyari, suatu desa di Khawarizmi, Turkistan, Rusia. Ia hidup dilingkungan
sosial yang penuh dengan suasana dan semangat kemakmuran dan keilmuan. Beliau
wafat tahun 538 H setelah ia kembali dari Makkah.
Ia
mendapatkan pendidikan dasar di negerinya, kemudian pergi ke Bukhara untuk
memperdalam ilmunya. Ia belajar sastra (adab) kepada Abu Mudhar Mahmud ibn Jarir
al-Dhabby al-Ashfani (wafat 507 H). merupakan guru yang sangat berpengaruh
terhadap diri Zamakhsyari. Setelah itu ia pergi ke Mekkah untuk memperdalam
sastra. Sebelum ia berguru ke Abu Mudhar Mahmud ia berguru pad abi
al-Hasan al-Mudzaffar al-Naisabury
(seorang penyair). Ia juga berguru pada seorang ahli bahasa dan sastra yaitu Abu
Manshur ibn al-Jawallqiy (446-539 H).
B.
Biografi Kitab Al-Kasyaf
Kitab
ini ditulis dalam waktu seperti lama masa khalifah Abu Bakar, atau dengan kata
lain selama dua tahun beberapa bulan. Dalm sumber lain mengatakan bahwa kitab
ini dikarang selama tiga tahun di Makkah al-Mukaramah atas permintahanAbu Hasan
Ali Ibnu Hamzah.
Tafsir
ini ditulis berdasarkan susunan mushaf (Tahlili), corak tafsirnya termasuk
tafsir bil-ra’yi. Tafsir ini didalamnya penuh degan romantika balaghah (kajian
pilologi) serta kental dengan unsur-unsur teologi mu’tazilah.
C.
Contoh Tafsir Al Kasyaf
Ketika
menafsiri tentang sifat-siofat tuhan, ia menolak paham Beautific Vision
karena tuhan bersifat imateri, sedangkan mata manusia bersifat materi. Yang
bersifat imateri hanya bisa dilihat oleh yang imateri. Dalam QS: Al-An’am ayat
103:
w çmà2Íôè? ã»|Áö/F{$# uqèdur à8Íôã t»|Áö/F{$# ( uqèdur ß#Ïܯ=9$# çÎ6sø:$# ÇÊÉÌÈ
“Dia
tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan, Dia-lah yang maha halus lagi maha mengetahui”
Menurut
Zamakhsari ayat ini sebagai penjelasan bahwa tuhsn tidak dapat dilihat dengan
mata kepala kapanpun. Lafadz nafi pada ayat tersebut berlaku umum, tidak
terkait waktu dan tempat tertentu, baik dunia maupun akhirat.
D.
Kritik Ulama terhadap Kitab Tafsir Al-Kasyaf
Menurut Ibnu Khaldun, kitab ini termasuk tafsir yang paling baik
tentang bahasa, I’rab dan balaghah. Hanya saja pengarangnya terasuk pengikut
fanatic Mu’tazilah. Ia senantiasa membela Madzabnya yang telah rusak setiap
kali ia menafsirkan ayat-ayat dari segi balaghah.
Menurut kalangan ahlussunnah menganggap kitab ini sebagai sebuah
penyimpangan, sedangkan jumhur ulama lebih menganggap kitab ini sebagai
manipulasi terhadap rahasia kedudukan Al-Qur’an.
Senada dengan pendapat sebelumnya, Ar-Razi berkata dalam tafsir
ayat “Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya(Al-Maidah : 54) “, :
“dalam hal ini pengarang kitab Al-Kasyaf telah menceburkan dirinya dalam
kesalahan dan bahaya kerena mencela para kekasih Allah Swt. Dan telah menulis
sesuatu yang tidak layak dan suatu kejelekan terhadap mereka-mereka yang
dicintai Allah Swt. Dia sangat berani melakukan hal; ini, pada tulisan ini dia
lakukan ketika menafsirkan ayat-ayat Allah Swt. yang majid.
Lain halnya dengan Syaikh Haidar al Hiwari, beliau berkata “ kitab
Al-Kasyaf mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, tidak ada bandingannya pada
kitab-kitab terdahulu dan kitab yang dikarang kemudian. Karena dalam kitab
tersebut terkumpul ungkapan indah dan teratur. Apabila dibandingkan dengan
kitab sesudahnya tidak semanis al-kasyaf, walaupun dalam kitab itu ada
keutamaan lain, tetapi kemanisan dalam kitab Al-Kasyaf tidak ditemukan padanya.
Karena terkadang dalam karangan lain terdapat ungkapan yang menyatakan tidak
berpengalamannya pengarang karena ada ungkapan yang salah tidak seperti Imam
Zamakhsyari sangat cermat lagi terang yang menjadikannya masyhur dan terkenal bagaikan
terangnya matahari disiang hari”