URGENSI GAMBAR SEBAGAI MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM



URGENSI GAMBAR SEBAGAI MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM

A.    PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap orang karena dengan pendidikan seseorang itu akan lebih mudah menuntun hidupnya ke arah yang lebih baik dalam hubungannya terhadap keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama.
Bagian dari pendidikan secara umum adalah pendidikan agama. Dalam UUSPN No. 2/ 1989 Pasal 39 ayat (2) ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan agama. Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2002: 75).
Dalam proses pembelajaran, komunikasi memegang peranan penting dalam berhubungan antara guru dan peserta didik. Salah satu masalah yang timbul dalam bidang pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran adalah masalah verbalisme, yaitu anak dapat menghafal dan mengucapkan kata-kata tetapi tidak dapat memahami maksud atau artinya. Karena guru dalam menyampaikan bahan pengajaran hanya menggunakan bahasa lisan atau tulisan tanpa disertai media yang lebih konkrit yang dapat memperjelas materi yang disampaikan oleh guru.
Agar komunikasi antara guru dan peserta didik berlangsung secara baik dan informasi yang disampaikan dapat diterima, maka perlu menggunakan media. Media adalah sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya (Asnawir dan Basyiruddin Usman, 2002: 11).
Rudi Bretz (1977) dalam Asnawir dan Basyiruddin Usman (2002: 27) mengklasifikasikan ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Salah satu dari tiga unsur pokok tersebut yaitu media visual (gambar). Dengan media tersebut siswa akan lebih mudah mengingat penjelasan-penjelasan yang disertai dengan gambar. Menurut Levie dan Lentz dalam Azhar Arsyad (2004: 7) bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung  dalam gambar.
Dalam pendidikan, aktivitas memandang termasuk dalam kategori aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik  dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah pentingnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 118).
Pendidikan Agama Islam tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi juga penanaman tentang dasar-dasar agama Islam yang meliputi ibadah, akhlak dan aqidah. Ini sangat ditekankan, karena dasar-dasar agama penting untuk didapatkan siswa sejak dini. Kalau pendidikan agama itu tidak diberikan kepada si anak sejak ia kecil, maka akan sukar untuk menerimanya nanti kalau ia sudah dewasa (Zakiah Daradjat, 1999 : 107).
B.     PEMBAHASAN
!. MEDIA GAMBAR
a.       Pengertian Media Gambar
Kata media berasal dari bahasa latin, yakni medius yang secara harfiahnya berarti tengah, pengantar atau perantara. Dalam bahasa Arab, media disebut wasail bentuk jama’ dari wasilah yakni sinonim al-wasth yang artinya juga tengah. Karena posisinya berada di tengah ia disebut  sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang menghantarkan atau menghubungkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya (2008: 6)
Kata media memiliki arti yang beragam, tergantung pada konteks apa istilah tersebut melekat mengingat kata tersebut telah dipakai secara luas pada banyak bidang. Berikut ini merupakan pengertian media menurut beberapa pendapat:
1)      Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Arief S. Sadiman, 1993: 6).
2)      NEA (National Education Association) menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual serta peralatannya (Arief S. Sadiman, 1993: 6).
Gambar adalah foto, lukisan atau gambar, dan sketsa (gambar garis) (Azhar Arsyad, 2002: 113). Ia merupakan media visual yang penting dan mudah didapat. Sebab ia dapat mengganti kata verbal, mengkonkritkan sesuatu yang abstrak, dan mengatasi pengamatan manusia. Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas daripada yang diungkapkan oleh kata-kata (Yudhi Munadi. 2008: 89).
Dalam buku yang berjudul “Adult Basic Education: Reading” karangan Anabel P. Newman mengungkapkan:
“The students might enjoy using pictures to illustrate stories or to develop a wordless book they could use to tell a story to children. Children love picture books, thus in using a book without word an adult does not feel at a disadvantage when “reading” such a story with a child.” (1980: 105).

Artinya yaitu siswa-siswa mungkin menikmati penggunaan gambar-gambar untuk mengilustrasikan cerita-cerita atau untuk mengembangkan sebuah buku tanpa kata yang mereka bisa menggunakan untuk bercerita kepada anak-anak. Anak-anak menyukai buku-buku bergambar, dengan begitu dalam menggunakan sebuah buku  tanpa kata seorang dewasa tidak merasakan kemunduran ketika “membaca” cerita seperti itu dengan seorang anak.
Maksud dari kutipan tersebut diatas bahwa siswa-siswa menikmati penggunaan gambar dalam mengilustrasikan cerita dan mereka menyukai buku-buku bergambar serta mampu menceritakan maksud dari gambar walaupun jarang terdapat kata-kata di dalamnya.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas, jelaslah bahwa media gambar merupakan media yang dapat dilihat oleh indera penglihatan yang diperjelas melalui gambar-gambar dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan anak dalam memahami pelajaran secara lebih cepat.
b.      Syarat Media Gambar
Media gambar yang baik adalah yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan antara lain:
1)      Harus autentik, yaitu gambar tersebut haruslah jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.
2)      Sederhana, yaitu komposisinya hendaklah cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.
3)      Ukuran relatif, yaitu gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek atau benda sebenarnya.
4)      Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, yang memperlihatkan aktivitas tertentu.
5)      Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Arief S. Sadiman dkk, 1993: 31-33).
c.       Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar
Media gambar mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
1)      Gambar bersifat konkret.
2)      Gambar mengatasi batas waktu dan ruang.
3)      Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia.
4)      Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah, karena itu bernilai terhadap semua pelajaran di sekolah.
5)      Gambar-gambar mudah didapat dan murah.
6)      Mudah digunakan, baik untuk perseorangan maupun untuk kelompok siswa (Oemar Hamalik. 1989: 63-64).
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, media gambar mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
1)      Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.
2)      Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
3)      Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar (Arief S. Sadiman dkk,1993: 31).
Meskipun ada pernyataan bahwa media gambar mempunyai beberapa kelemahan, tetapi media gambar tetap merupakan media yang paling umum dipakai, yang dapat dimengerti dan dipahami dimana saja. Media gambar juga mudah didapat, baik dari brosur-brosur, poster-poster, majalah-majalah yang berisi gambar-gambar yang bagus dan tinggi mutunya, dan dari segi warna baik hitam putih maupun warna-warni, atau dengan membuat media gambar yang sederhana, dengan menggunakan teknik garis dan lingkaran.
d.      Macam-macam Media Gambar
Media gambar terbagi atas:
1)      Gambar Jadi
Gambar jadi yaitu gambar-gambar yang diambil dari majalah, booklet, brosur, selebaran, dan lain-lain. Dari berbagai sumber seperti tersebut di atas, diharapkan tersedia gambar yang sesuai dengan isi pelajaran.
Gambar yang dikumpulkan dan dipilih untuk digunakan dalam penyampaian materi pelajaran sebaiknya difotocopy, kemudian gambar-gambar itu digabung dengan label judul dengan huruf-huruf lekat (misalnya rugos). Hasilnya dapat difotocopy atau difoto kemudian dicetak diatas kertas fotografi yang baik dengan ukuran yang diinginkan (Azhar Arsyad, 2007: 114).
2)      Gambar Garis
Gambar garis merupakan gambar sederhana yang dapat dibuat sendiri pada papan tulis ketika berada di kelas atau dipersiapkan lebih dahulu pada lembar karton atau kertas yang sesuai.
Gambar garis dapat digunakan pada media flash card (kartu kecil yang berisi gambar, teks). Kartu-kartu tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan. Gambar garis juga dapat digunakan pada strip story yang merupakan potongan-potongan kertas yang berisi tulisan, yang diharapkan siswa dapat menyusun tulisan-tulisan menjadi satu untaian (Azhar Arsyad, 2007: 115-125).

2.      Pendidikan Agama Islam
a.       Pengertian

Sebelum membahas tentang pendidikan Islam, terlebih dahulu membahas apa itu pendidikan? Menurut Azizy yang dikutip oleh  Abdul Majid & Dian Andayani (2005: 131) mengemukakan bahwa pendidikan yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup.  Mustafa Al Galayaini merumuskan pendidikan adalah:

التّربيّه الحقّ روح الحياة والعلم دم الوطن ولاتمكنا الحياة السّعيدة فاالتّربيّة تدفع الى السّعي والعمل والعلم يرشد الى طريق السّعادة

“Pendidikan adalah ruh kehidupan, ilmu bagaikan darah bangsa dan kebahagiaan hidup tak bias diperoleh tanpa dengan menggunakan pendidikan dan ilmu.  Pendidikan menghantarkan manusia untuk meniti hidup dan berbuat dalam kehidupan.  Ilmu memberi petunjuk kepada jalan keselamatan” (Mustafa Al Galayaini, 1953: 83).

Dari rumusan pendidikan di atas, terdapat titik persamaan yaitu pendidikan dilihat sebagai suatu proses, karena dengan proses tersebut seseorang dewasa (pendidik) secara sengaja mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan seseorang yang belum dewasa atau peserta didik.

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Abdul Majid & Dian Andayani, 2005: 132).

Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (2008: 86).

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha secara sadar dan terencana yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam, melalui bimbingan-pengajaran dan latihan serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya untuk mencapai suatu tujuan.

b.      Dasar  dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur'an  maupun Hadits.  Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an menunjukkan perintah tersebut, antara lain:

äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# (

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. An-Nahl: 125)

Adapun tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Menurut  Marasudin Siregar yang dikutip oleh Yunus Namsa (2000: 33), Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c.       Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah keseluruhan dan ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang meliputi hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dengan dirinya dan dengan alam sekitarnya.  Dalam penjabaranya meliputi akidah, syari'ah dan akhlak.  Kemudian dikembangkan melalui disiplin bidang kajian atau disiplin ilmunya seperti tafsir hadits, tauhid/ilmu kalam, fiqh, akhlaq tasawuf dan sebagainya (Yunus Namsa, 2000: 23).

Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan  antara:

1)      Hubungan manusia dengan Allah SWT

2)      Hubungan manusia dengan sesama manusia

3)      Hubungan manusia dengan dirinya

4)      Hubungan manusia dengan makhluk dan lingkungannya.

Adapun materi pelajaran pendidikan agama Islam meliputi 7 unsur pokok yaitu:

1)      Keimanan

2)      Ibadah

3)      Al-Qur'an

4)      Akhlak

5)      Muamalah

6)      Syari'ah

7)      Tarikh

d.      Contoh Sederhana Penggunaan Media Gambar pada Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam
1)      Keimanan
Guru menerangkan materi tentang keimanan kepada Allah SWT dengan menunjukkan media gambar jadi yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu berupa gambar-gambar makhluk hidup (hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dll). Tujuannya supaya siswa mempunyai gambaran dan dapat lebih memahami materi yang diajarkan.
2)      Ibadah
Guru menerangkan materi tentang ibadah shalat dengan menunjukkan media gambar jadi yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu berupa gambar-gambar tentang urutan gerakan dalam shalat.
3)      Al-Qur’an
Guru menerangkan materi tentang ayat Al-Qur’an dengan cara menyediakan media gambar (strip story) yang berisi tulisan potongan-potongan ayat Al-Qur’an, yang nantinya siswa disuruh menyusunnya kembali menjadi bacaan yang benar.
4)      Akhlak
Guru menjelaskan materi tentang akhlak dengan menggunakan media gambar (flash card) yang berisi gambar orang yang sedang berbuat baik atau berbuat jahat.
5)      Muamalah
Guru menjelaskan materi tentang muamalah dengan menggunakan media gambar jadi yang berisi gambar orang sedang bertransaksi atau berakad misalnya dalam jual beli.
6)      Syari’ah
Guru menjelaskan materi tentang syari’ah dengan menggunakan media gambar jadi yang berisi gambar orang sedang disidang misalnya dalam kasus pidana.
7)      Tarikh
Guru menerangkan materi tentang tarikh dengan menggunakan media gambar jadi yang berisi gambar orang sedang berperang dengan berkendara kuda pada zaman dahulu. Agar siswa mampu menghayati cerita sejarah yang sedang diterangkan oleh guru.
C.    PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah penulis paparkan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a.       Media gambar dapat memudahkan pemahaman bagi anak-anak atau siswa-siswa dalam proses pembelajaran ketimbang kata-kata atau pengertian verbal. Disamping sederhana, tidak membutuhkan biaya yang mahal serta gambar juga mudah dicari di mana-mana.
b.      Dalam proses pembelajaran terkadang guru menjelaskan hanya melalui kata-kata tanpa memanfaatkan media sehingga tak jarang siswa ada yang kurang cepat dalam memahami dan merasa jenuh/bosan dengan pelajaran. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika pendidikan agama Islam itu disampaikan dengan menggunakan media gambar agar para siswa mudah memahami dan menyukai pelajaran agama Islam. Karena pendidikan agama Islam sangat penting untuk diajarkan terutama kepada siswa-siswa sejak dini, karena jika pendidikan agama itu tidak diberikan sejak dini, maka akan sukar untuk menerimanya nanti kalau ia sudah dewasa.




DAFTAR PUSTAKA

Anabel P. Newman. 1980. Adult Basic Education: Reading. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Arief S. Sadiman dkk. 1993. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Basyiruddin Usman dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Perss.

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mustofa Al-Galayaini. 1953. Iddlotun Nasyiin. Beirut: Maktabah al Mishriyyat.

Oemar Hamalik. 1989. Media Pendidikan.Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Syaiful B. Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 2008. Jakarta: Visimedia

Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Yunus Namsa. 2000. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Ternate: Pustaka Firdaus

Zakiah Daradjat.1999. Perkembangan Psikologi Agama dan Pendidikan Islam di Indonesia. Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu.

___________ dkk. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »