Strategi Pembelajaran Aktif

Strategi Pembelajaran Aktif

  1. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dari segi ekonomi, sosial budaya maupun dunia pendidikan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi.
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, standar proses pendidikan spp memiliki peran yang sangat penting. Bagaimanapun idealnya standar isi dan standar lulusan, tanpa didukung standar proses yang memadai, maka standar-standar yang lain tidak memiliki makna apa-apa. Dalam konteks ini standar proses harus memiliki perhatian yang khusus. Karena materi akan dipahami oleh peserta didik apabila dalam proses pembelajaran dilakukuan dengan tepat.
Dalam implementasi guru merupakan komponen yang paling berperan dalam standar proses pembelajaran. Sebab guru disini sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran, meskipun semua komponen harus seimbang. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena kita yakin tidak semua tujuan bisa dicapai oleh hanya satu strategi tertentu.
Pada kenyataan sekarang yang sering dijumpai guru menyampaikan dengan ceramah, hal ini membuat siswa lebih pasif. Penulis pada makalah ini akan mencoba membahas pembelajaran aktif dimana ada interaksi dari siswa sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan menghilangkan kebosanan pada siswa. Pembelajaran aktif akan membuat siswa lebih kreatif dan mengeksplor potensi serta bakat yang dimiliki oleh siswa tersebut.

  1. PEMBAHASAN
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Mengapa belajar aktif?
Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi  yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian? Karena salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara dari filosofi  cina, dia mengatakan:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham
Pertimbangan lain untuk menggunakan strategi pembelajaran aktif adalah realita bahwa peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang senang membaca, ada yang senang berdiskusi, dan ada juga yang senang praktek langsung.
Untuk dapat membantu peserta didik dengan maksimal dalam belajar, maka kesenangan dalam belajar itu sebisa mungkin diperhatikan. Untuk dapat mengakomodir kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan variasi strategi pembelajaran yang beragam yang melibatkan indera belajar yang banyak.
Dibawah ini akan dibahas beberapa strategi pembelajaran aktif.  
Strategi pembelajaran aktif
1.      Card sort
Strategi ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep. Karakteristik, klasifikasi, fakta tentang obyek dan mereview ilmu yang telah diberikan sebelumnya. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendinamisir kelas yang kelelahan.
Langkah-langkah.
·         Setiap siswa diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang tercakup dalam satu atau lebih kategori. Beberapa contoh:
v  Karakteristik hadis sohih
v  Nouns,verb, adverb, dan preposition
v  Ajaran mu’tazilah
·         Mintalah siswa untuk bergerak dan berkeliling didalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama ( anda dapat mengumumkan kategori tersebut sebelumnya atau membiarkan siswa menemukan sendiri.
·         Siswa dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori masing-masing didepan kelas.
·         Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut berikan poin-poin penting terkait materi pelajaran/.
·         Minta setiap kelompok untuk melakukan menjelaskan tentang kategori yang mereka selesaikan.

Pada awal kegiatan bentuklah beberapa tim. Beri tiap tim satu set kartu yang sudah diacak sehingga kategori yamg mereka sortir tidak nampak. Mintalah tiap tim untuk mensortir kartu-kartu tersebut kedalam kategori tertentu. Setiap tim memperoleh nilai untuk setiap kartu yang disortir dengan benar.
Kelemahan:
a.       Guru lebih pasif dibanding peserta didik karena guru berperan sebagai fasilitator
b.      Peran media elektronik tidak berfungsi secara optimal
c.       Lebih membutuhkan waktu yang lama
d.      Keadaan ruangan menjadi lebih ramai.
Kelebihan:
a.       Gerakan fisik yang ada mengindarkan sikap yang jenuh dan bosan
b.      Siswa menjadi lebih semangat dalam belajar.
c.       Siswa lebih memahami materi pelajaran.
d.      Meningkatkan kreatifitas guru.
2.      Everyone is a teacher here ( setiap orang adalah guru )
Kelebihan.
Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.
Dengan strategi ini, siswa yang selama ini tidak mau terlibatkan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.
Kelemahan.
a.       Proses pembelajaran lebih rumit
b.      Bagi siswa yang belum membaca materi, tidak bisa menjawab pertanyaan
c.       Bagi siswa yang suka diam, maka tidak berani mengeluarkan pendapatnya.
Langkah-langkah
a.       Bagikan secarik kertas kepada seluruh siswa. Setiap siswa diminta untuk menuliskan satu pertanyaan tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di kelas.
b.      Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap siswa. Pastikan bahwa tidak ada siswa yang menerima soal yang ditulis sendiri.
Mintalah mereka untuk membaca dalam hati pertanyaan dalam kertas tersebut kemudian memikirkan jawabannya.
c.       Minta siswa secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
d.      Setelah jawaban diberikan, mintalah siswa lainnya untuk menambahkan.
e.       Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya.

Catatan.
Kumpulkan kertas tersebut. Siapkan panelis yang akan menjawab pertanyaan tersebut. Bacakan setiap kertas  dan diskusikan. Gantilah panelis secara bergantian.

3.      Kuis tim
Prosedur.
a.       Pilihlah topik yang bisa disajikan dalam tiga segmen
b.      Bagilah siswa menjadi tiga tim
c.       Jelaskan format pelajaran dan mulailah penyajian materinya batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu.
d.      Perintahkan tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat. Kuis tersebut harus sudah siap dalam tidak lebih dari 15 menit. Tim b dan c menggunakan waktu tersebut untuk memeriksa catatan mereka.
e.       Tim A memberi kuis kepada anggota tim B. Jika tim B tidak dapat menjawab satu pertanyaan. Tim C langsung menjawabnya.
f.       Tim A mengararahkan pertanyaan berikutnya kepada tim C dan mengulang proses tersebut
g.      Ketika kuisnya selesai, lanjutkan dengan segmen kedua dari pelajaran anda, dan tunjuklah tim B sebagai pemandu kuis.
h.      Setelah tim B menyelesaikan kuisnya. Lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran anda, tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis.
Variasi.
a.       Berikan tim pertanyaan kuis yang telah dipersiapkan yang darinya mereka memilih kapan mereka mendapat giliran menjadi pemandu kuis.
b.      Berikan satu penyajian materi secara kontinyu. Bagilah siswa menjadi dua tim. Pada akhir pelajaran perintahkan dua tim untuk saling memberi kuis.
Kelebihan.
Kuis tim ini dapat meningkatkan rasa tanggungjawab siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak membuat mereka takut.
Kelemahan.
a.       Keterbatasan waktu yang akhirnya dapat membuat siswa gugup dalam proses pembelajaran.
b.      Akan dengan jelas memperlihatkan siswa yang kurang mampu dalam menjawab pertanyaan yang telah disediakan.

4.      Strategi Kekuatan dua orang
Prosedur.
a.       Berikan siswa satu atau beberapa pertanyaan yang memerlukan perenungan dan pemikiran. Berikut adalah beberapa contohnya.
·         Bagaimana tubuh kita mencerna makanan
·         Apakah pengetahuan itu
·         Bagaimana kemiripan otak manusia dengan komputer
b.      Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan secara perseorangan.
c.       Setelah semua siswa menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain
d.      Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap pertanyaan, memperbaiki tiap jawaban perseorangan
e.       Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap pasangan lain didalam kelas.

Variasi.
a.       Perintahkan seluruh siswa untuk memilih jawaban terbaik untuk tiap pertanyaan
b.      Untuk menghemat waktu, berikan pertanyaan khusus kepada pasangan tertentu, bukannya memerintahkan semua pasangan menjawab semua pertanyaan.
Kelebihan.
Aktifitas ini digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dan menegaskan manfaat dari sinergi yakni bahwa dua kepala adalah lebih baik daripada satu.

Kelemahan.
Lebih membutuhkan waktu yang lama karena pembahasan dilakukan dua kali


5.      Strategi menemui pembicara tamu.
Prosedur.
a.       Undanglah pembicara tamu untuk memberi ceramah kepada siswa anda sebagai pakar dalam pelajaran yang kini anda ajarkan.
b.      Siapkan pembicara tamu dengan menjelaskan kepadanya bahwa sesi kelas ini akan dilaksanakan layaknya konferensi pers. Agar sesuai dengan format tersebut, pembicara mesti menyiapkan ceramah singkat atau pertanyaan pembuka dan kemudian bersiap menerima pertanyaan dari pers.
c.       Sebelum hadirnya pembicara tamu, persiapkan siswa dengan mendiskusikan bagaimana konferensi pers akan dilaksanakan dan kemudian berilah mereka kesempatan untuk merumuskan beberapa pertanyaan untuk diajukan kepada pembicara.
Variasi.
a.       Anda dapat memilih menghadirkan bebrapa pembicara tamu dalam waktu bersamaan dan melakukan diskusi meja bundar. Tempatkan tiap tamu pada meja dibagian depan kelas atau pada deretan kursi yang ditata melengkung agar bisa berbagi informasi dan pengalaman dengan kelompok kecil, anggota kelompok akan diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan pembicara tamu dengan mengajukan pertanyaan dalam suasana yang lebih santai. Bagilah sesi pelajaran menjadi sejumlah babak. Tentukan panjang waktu masing-masing babak sesuai dengan waktu yang tersedia dan jumlah tamu. Pada umumnya 10-15 menit untuk tiap babak sudah memadai. Arahkan kelompok kecil untuk mengalihkan pertanyaan dari satu pembicara tamu ke pembicara berikutnya sesuai dengan beralihnya babak .
b.      Undanglah sejumlah siswa yang sebelumnya pernah mengikuti pelajaran anda untuk menjadi pembicara tamu.
Kelebihan.
Strategi ini akan memberi siswa peluang untuk berinteraksi dengan pakar pelajaran dengan cara yang unik dan mengambil peran aktif dalam menyiapkan pembicara tamu.
Kelemahan.
a.       Membutuhkan biaya untuk menyiapkan pembicara tamu.
b.      Membutuhkan waktu yang lama.
c.       Apabila ruangan tidak disiapka secara tepat, akan membuat siswa jenuh, karena proses pembelajaran biasanya dengan metode ceramah.


DAFTAR PUSTAKA

Silberman, Melvin, 2011. Active Learning. Bandung: Nusa Media.
PENILAIAN BERBASIS KELAS (PORTOFOLIO) DAN IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

PENILAIAN BERBASIS KELAS (PORTOFOLIO) DAN IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

  1. PENDAHULUAN
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggungjawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk didalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu sama lainnya. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan hasil tindak proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Paling tidak terdapat tiga sikap yang dapat digunakan dalam penilaian, yaitu rasa percaya, lebih tertarik dan keyakinan bahwa proses pembelajaran akan sukses. Selain itu pengaruh sikap mental guru akan melahirkan kerangka kerja responsif  bagi dalam mengajar.
Perubahan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 mengandung implikasi yaitu adanya perubahan paradigma penilaian, baik yang menyangkut tentang sistem, prinsip, pendekatan maupun teknik dan bentuk penilaian. Model penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2004 adalah penilain berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan untuk memberikan keseimbangan pada ketiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai bentuk dan model penilaian yang dilakukan secara sistematis dan sistemik, menyeluruh dan berkelanjutan.
Penilaian portofolio merupakan salah satu jenis penilaian yang digunakan dalam penilaian berbasis kelas dan memiliki makna optimal dalam melihat ketercapaian kompetensi belajar peserta didik. Oleh karena itu penilaian portofolio ini diharapkan bermanfaat untuk memperoleh gambaran mengenai prestasi dan kemajuan proses dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).
  1. PEMBAHASAN
1.      Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian berbasis kelas yaitu penilaian dalam arti “assessment”. Maksudnya, data dan informasi dari penilaian berbasis kelas merupakan salah satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan.[1] Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidik yang telah ditetapkan.[2] Penilaian berbasis kelas pada mata pelajaran PAI[3] merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan merupakan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten serta mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar pada mata pelajaran PAI yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar peserta didik dan pelaporannya.
Pengukuran berbeda dengan penilaian dan evaluasi. Evaluasi (evaluation) adalah suatu proses yang sistematis untuk menetukan atau membuat sesuatu keputusan, sampai sejauhmana  program atau tujuan telah tercapai. Penilaian (assessment) adalah menilai sesuatu, dimana menilai itu mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mengacu pada ukuran tertentu. Sedangkan pengukuran (measurement) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut obyek ukur.[4]

Adapun jenis-jenis penilaian berbasis kelas,[5] yaitu:
a.       Tes tertulis, merupakan alat PBK yang penyajian maupun penggunaanya dalam bentuk tertulis.
b.      Tes perbuatan, dilakukan pada saat proses pembelajaran  berlangsung yang memungkinkan terjadinya praktik.
c.       Pemberian tugas, dilakukan untuk semua mata pelajaran mulai dari awal kelas sampai akhir kelas sesuai dengan mata pelajaran dan perkembangan peserta didik.
d.      Penilaian proyek, merupakan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, mulai dari pengumpulan, pengorganisasian, penilaian hingga penyajaian data.
e.       Penilaian produk, merupakan penilaian terhadap penguasaan keterampilan peserta didik dalam suatu produk dan penilaian kualitas hasil kerja tertentu.
f.       Penilaian sikap, dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap tertentu. Hal ini bisa dilakukan dengan obervasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan skala sikap.
g.      Penilaian portofolio, merupakan PBK terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.                                                                                                          
2.      Penilaian Portofolio
a.       Pengertian penilaian portofolio
Portofolio pertama kali digunakan oleh kalangan potografer dan artis.  Secara umum, portofolio merupakan kumpulan dokumen berupa objek penilaian yang dipakai seseorang, kelomok, lembaga, organisasi atau perusahaan yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan menilai perkembangan suatu proses.  Dalam dunia pendidikan, portofolio dapat digunakan guru untuk melihat perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan kumpulan hasil karya sebagai bukti dari suatu kegiatan pembelajaran.[6]
Penilaian portofolio berbeda dengan jenis penilaian lainnya. Penilaian portofolio adalah suatu pendekatan atau model penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu tugas melalui pengumpulan bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang dibangun oleh peserta didik, sehingga hasil pekerjaan tersebut dapat dinailai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu. Jadi, penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja peserta didik.
Adapun tujuan dari penilaian portofolio[7] adalah:
1)      Menghargai perkembangan peserta didik
2)      Mendokumentasikan proses pembelajaran
3)      Memberi perhatian pada prestasi kerja
4)      Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi
5)      Meningkatkan efektifitas proses pembelajaran
6)      Bertukar informasi antara orang tua dengan guru lain
7)       Mempercepat pertumbuhan konsep diri positif peserta didik
8)      Meningkatkan kemampuan refleksi diri
9)      Membantu peserta didik merumuskan tujuan
Pembelajaran yang berbasis portofolio memungkinkan siswa untuk[8]:
1)      Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari buku dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2)      Siswa diberi kesempatan untuk mencari inforamsi diluar kelas
3)      Membuat alternatif untuk mengatasi topik/objek yang dibahas
4)      Membuat suatu keputusan yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya
5)      Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan untuk mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas
Pembelajaran berbasis portofolio diatas, memberikan keragaman sumber belajar dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih sumber belajar yang sesuai.
b.      Macam-macam portofolio
Portofolio terdiri dari tiga macam[9], yaitu:
1)      Documentation portofolio, yaitu memperlihatkan pertumbuhan dan kemajuan belajar peserta didik tentang hasil belajar yang teridentifikasi.
2)      Proccess portofolio, yaitu mendokumenkan seluruh segi tahapan proses belajar
3)      Shawcase portofolio, yaitu penguasaan peserta didik terhadap bukti hasil belajar selama waktu tertentu (tengah dan akhir semester)
Ketiga jenis portofolio ini merupakan satu kesatuan yang utuh, artinya dalam melakukan penilaian harus menggunakan ketiga jenis untuk mengetahui perkembangan keberhasilan proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar peserta didik.
c.       Bagian-bagian portofolio
Portofolio umumnya terdiri atas beberapa bagian,[10] antara lain:
1)      Daftar isi dokumen
Tanggal
Nama/jenis Evidence
Keterangan
1 agustus 2003
.................
Ringkasan satu bab dari buku salah asuhan
..........................
Membuat ringkasan
..........................
                    
2)      Isi dokumen/evidence atau dokumen yang dapat berupa kumpulan atau tugas yang berisi pekerjaan peserta didik  selama waktu tertentu yang dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian kinerja yang objektif.
3)      Bendel dokumen
4)      Batasan dokemen  pada tiap sub bab atau tiap kelompok sehingga mudah untuk mendapatkannya bila diperlukan.
5)      Catatan guru dan orang tua

3.      Implementasi Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran PAI[11]
Adapun cara menggunakan portofolio siswa dalam penilaian portofolio PAI melibatkan peran aktif guru dengan langkah-langkah pokok sebagai berikut: Perencanaan dan persiapan penilaian portofolio PAI; Pelaksanaan penilaian portofolio PAI; Pengumpulan bukti portofolio PAI; Tahap penilaian portofolio PAI.
Pada langkah pertama; persiapan untuk menggunakan portofolio. Pedoman ini diberikan untuk;
a.       Menentukan jenis portofolio apa yang akan digunakan, apakah secara individu atau kelompok;
b.      Identifikasi tujuan dari portofolio;
c.       Memilih kategorikategori pekerjaan/tugas apa yang akan dimasukkan dalam portofolio;
d.      Meminta siswa memilih item-item penting yang akan dimasukkan dalam portofolio;
e.       Memutuskan bagaimana portofolio PAI siswa akan dinilai guru.
Dalam merencanakan penggunaan portofolio PAI sebagai bagian dari proses penilaian jangan mencoba terlalu banyak dengan suatu program portofolio. Mulailah secara pelanpelan dari hal sederhana yang memiliki cakupan yang sedikit dan nyata bagi kehidupan beragama siswa di sekolah. Jangan coba menggunakan portofolio untuk menilai segala komponen yang terdapat dalam pembelajaran PAI.
Langkah kedua, adalah mengatur portofolio selama pebelajaran PAI berlangsung. Portofolio PAI diatur oleh guru dengan cara berikut ini.
a.       Proses portofolio. Pada konteks ini, guru menjelaskan kepada siswa kategori contoh pekerjaan siswa yang akan dimasukkan ke dalam portofolio PAI;
b.      Rubrik. Disini guru mengembangkan rubrik penilaian untuk menilai pekerjaan atau karya PAI siswa;
c.       Tugastugas. Pada konteks ini, siswa menyelesaikan tugas-tugas yang akan dimasukkan ke portofolio PAI secara final.
d.      PenilaianDiri. Siswa merefleksi dan menilai dirinya sendiri tentang kualitas dan kuantitas pekerjaan/karya dan kemajuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran PAI yang dimaksud dalam kurikulum.
Langkah ketiga, adalah penilaian portofolio PAI. Portofolio pada tahap ini harus lengkap, penilaian terhadap portofolio PAI harus dengan kriteria standar penilaian yang sudah dibuat dan diorganisasi dalam suatu pertemuan kelompok, misalnya penilaian portofolio oleh guru dan sesama siswa.

Menurut Abdul Rachman Shaleh (2005: 233) tahapan penilaian portofolio sebagai berikut: 1). Perencanaan dengan membangun kesepakatan dengan guru-siswa tentang karya yang akan dimuat dan dinilai dalam portofolio siswa, 2). Pengumpulan informasi mengenai kemajuan hasil belajar atau produk yang dihasilkan siswa yang akan dinilai, 3). Refleksi, guru memberikan catatan akhir dari seluruh penilaian yang dilalui siswa.
  1. PENUTUP
Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidik yang telah ditetapkan. Sedangkan Penilaian berbasis kelas pada mata pelajaran PAI merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan merupakan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten serta mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar pada mata pelajaran PAI yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar peserta didik dan pelaporannya.
Portofolio merupakan salah satu jenis penilaian berbasis kelas. Portofolio dapat digunakan guru untuk melihat perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan kumpulan hasil karya sebagai bukti dari suatu kegiatan pembelajaran.
Adapun cara menggunakan portofolio siswa dalam penilaian portofolio PAI melibatkan peran aktif guru dengan langkah-langkah pokok sebagai berikut: Perencanaan dan persiapan penilaian portofolio PAI; Pelaksanaan penilaian portofolio PAI; Pengumpulan bukti portofolio PAI; Tahap penilaian portofolio PAI.


[1] Drs. Zainal Arifin, M.Pd. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. (Bandung: Rosdakarya. 2011) hlm.
[2] Dr. Sumarna Surapranata. Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: Rosdakarya. 2004) hlm. 5
[3] Drs. H. Mgs. Nazarudin, MM. Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik, dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. (Yoyakarta: Teras. 2007) hlm. 178
[4] Miswanto, M.Pd. Pengembangan Alat Ukur Hasil Belajar (Modul Mata Kuliah Evaluasi). hlm.2
[5] Drs. Zainal Arifin, M.Pd. Evaluasi Pembelajaran . . . . . . . . . . hlm. 190-192
[6] Drs. Zainal Arifin, M.Pd. Evaluasi Pembelajaran . . . . . . . . . . . hlm. 197
[7] Drs. Zainal Arifin, M.Pd. Evaluasi Pembelajaran . . . . . . . . . . . hlm. 200
[8] Dra. Arie Fajar, M.Pd. Portofolio dalam Pembelajaran IPS (Bandung: Rosdakarya. 2004) hlm. 45
[9] Drs. H. Mgs. Nazarudin, MM. Manajemen Pembelajaran  . . . . . . .  . hlm 185
[10]Dr. Sumarna Surapranata. Penilaian Portofolio . . . . . . . . .  hlm. 30-38
[11] tadiebpalu.net/?p=586