Nilai-nilai Pendidikan Islam

Nilai-nilai Pendidikan Islam

      1.      Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Islam
Agar lebih mengarah kepada pokok pembahasan pengertian tentang nilai-nilai pendidikan Islam maka perlu dijelaskan terlebih dahulu makna dari nilai-nilai itu sendiri. Istilah “nilai” sering kita jumpai serta banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari, baik secara lisan ataupun tertulis, seperti nilai religius, nilai moral, nilai keindahan ataupun nilai kebudayaan. Istilah tersebut seperti sudah dimengerti baik betuk ataupun maknanya. Namun jika kita kaji lebih dalam apa makna nilai itu, akan kita temukan arti yang lebih dalam pula dari makna kata tersebut. Banyak para ahli yang menafsirkan makna dari nilai itu sendiri menurut sudut pandang yang mereka anut, karena sifat nilai itu sendiri adalah riil atau abstrak, sehingga sulit menentukan dan mengetahui nilai itu dari pribadi yang lain. Keluasan, keabstrakan nilai merupakan standar kebenaran yang harus dimiliki, diinginkan dan layak untuk dihormati.
Nilai dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti harga, ukuran, angka yang mewakili prestasi, sifat- sifat yang penting yang berguna bagi manusia dalam menjalani hidupnya (Kamisa, 1997: 376). Nilai mengacu pada sesuatu yang oleh manusia ataupun masyarakat dipandang sebagai yang paling berharga.
Menurut Milto Roceach dan James Bank sebagaimana dikutip oleh Mawardi Lubis “ Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup  sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu tindakan yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai ( Mawardi Lubis, 2011:16 ). Nilai menurut Fraenkel yang dikutip oleh Mawardi Lubis ( 2011: 17 ) adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan dan di pertahankan.
Dalam beberapa pengertian di atas nilai adalah suatu yang penting atau yang berharga bagi manusia sekaligus inti kehidupan dan diyakini sebagai standar tingkah laku, tanpa nilai manusia tidak akan memiliki arti dalam kehidupannya karena sebagai dasar dari aktifitas hidup manusia harus memiliki nilai baik yang melekat pada pribadi maupun masyarakatnya.
Setelah istilah nilai didefinisikan, kemudian penulis akan mendefinisikan pengertian dari pendidikan Islam. Sebelum mendefinisikan pengertian dari pendidikan Islam faktanya bahwa sering dijumpai ada kerancuan dalam penggunaan istilah “Pendidikan Islam” dengan “Pendidikan Agama Islam”. Padahal bila dikaitkan dengan kurikulum pada lembaga pendidikan formal ataupun non-formal, pendidikan agama Islam hanya terbatas pada bidang studi agama seperti tauhid, fiqih, tarikh Nabi, membaca Al-Qur’an, Tafsir dan Hadits. Sedangkan istilah Pendidikan Islam tidak lagi hanya berarti pengajaran Al-Qur’an, Hadits dan Fiqih, tetapi memberi arti pendidikan disemua cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari sudut pandang Islam ( Achmadi, 1992: 19-20 ).
Achmadi menjelaskan pengertian pendidikan agama Islam yaitu sebagai usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam ( 1992: 20 ). Pendidikan agama Islam sangat penting dalam rangka menanamkan nilai-nilai spiritual Islam, namun hal ini baru sebagian dari seluruh kerangka pendidikan Islam.
Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan sadar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan kekurangannya (M. Arifin, 2006: 22).
Pendidikan Islam adalah proses bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi semua sesuai berlakunya ajaran Islam (M. Arifin ,1994: 14-15).
Achmadi menjelaskan pengertian pendidikan Islam adalah sebagai segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya ( insan kamil ) sesuai dengan norma Islam ( 1992:20 ).
Dalam Islam, pada dasarnya nilai merupakan akhlak sedang akhlak merupakan ciri khas Islam untuk moral dan etika. Karena istilah nilai terkait dengan moral dan etika, maka antara moral, etika dan akhlak adalah satu kesatuan kata memiliki makna yang sama ( Langgulung, 1988 : 366 ).
Dari kedua pengertian di atas yaitu pengertian nilai dan pendidikan Islam dapat diambil definisi bahwa nilai- nilai pendidikan Islam adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup yang saling terkait yang berisi ajaran-ajaran guna memilihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma atau ajaran Islam.
2.      Kriteria Nilai-nilai Pendidikan Islam
Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian tentang nilai- nilai pendidikan Islam di atas bahwa nilai menunjukan sesuatu yang terpenting dalam keberadaan manusia atau suatu yang paling berharga atau asasi bagi manusia, oleh karena itu bila dilihat dari pendidikan Islam nilai merupakan jalan hidup yang berproses pada wilayah ritual dan berdimensi eskatologis diajarkan perlunya penghayatan nilai- nilai ketuhanan. Disinilah manusia memberlukan bimbingan serta tata cara ibadah yang baik, berdoa yang benar, berperilaku yang baik dan sebagainya.
Tahap-tahap proses pembentukan nilai menurut Karthwohl sebagaimana dikutip oleh Mawardi Lubis ( 2011: 19 ), lebih banyak banyak ditentukan dari arah mana dan bagaimana seseorang menerima nilai-nilai dari luar kemudian menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam dirinya. Menurut Karthwohl proses pembentukan nilai pada anak dapat dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu :
a.    Tahap receiving ( menyimak ). Pada tahap ini seseorang secara aktif dan sensitif menerima stimulus dan menghadapi fenomena-fenomena, sedia menerima secara aktif dan selektif dalam memilih fenomena.
b.    Tahap responding ( menanggapi ). Pada tahap ini seseorang sudah dalam bentuk respons yang nyata.
c.    Tahap valuing ( memberi nilai ). Jika tahap pertama dan kedua lebih bersifat aktvitas fisik biologis dalam menerima dan menanggapi nilai, maka pada tahap ini seseorang sudah mampu menangkap stimulus itu atas dasar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan mulai mampu menyusun persepsi tentang objek.
d.   Tahap mengorganisasikan nilai ( organization ), yaitu satu tahap yang lebih kompleks dari tahap ketiga di atas. Seseorang mulai mengatur sebuah sistem nilai yang ia dari luar untuk diorganisasikan (didata) dalam dirinya sehingga sistem nilai itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dirinya.
e.    Tahap karakterisasi nilai ( characterization ), yang ditandai dengan ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem nilaiyang diyakininya dalam kehidupan secara mapan, ajek dan konsisten.
Karakterisasi nilai dapat dibentuk melalui berbagai kriteria nilai pendidikan yang harus dipahami, sebagaimana diungkap oleh Djunaidi yang dikutip oleh Siti Aminaul Mu’minah ( 2011 : 21 ) antara lain :
a.    Fakta yang menyokong bahwa pertimbangan itu mesti benar atau baik pada tempatnya.
b.    Fakta itu harus ada hubungannya dengan keasliannya dan harus mempunyai nilai yang nyata bagi orang yang mempertimbangkan.
c.    Akan sama dengan ssesuatu yang lain, bila hubungan lalpangannya itu lebih luas terhadap kenyataan yang diambil berdasarkan perhitungan,pertimbangan yang lebih.
d.   Prinsip nilai yang tercantum lewat pertimbangan harus dapat diterima oleh yang membuat pertimbangan itu sendiri.
3.      Sumber Nilai-nilai Pendidikan Islam
Sumber nilai yang menjadi acuan hidup manusia amat banyak macamnya, semua jenis nilai memiliki sumber yang menjadi pengikat semua nilai. Sumber nilai-nilai pendidikan Islam yang menjadi acuan bagi hidup manusia adalah sumber nilai Islam. Sumber nilai Islam yang dimaksud berasal dari nilai yang menjadi falsafah hidup yang dianut oleh pelaku pendidikan Islam, sumber nilai agama yang pokok adalah Al- Qur’an dan As- Sunnah.
a.    Al- Qur’an
Menurut Zakiah Daradjat (2008: 19) Al- Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Pengertian tentang Al- Qur’an di atas diperkuat dengan pendapat dari Allamah Syayyid bahwa Al-Qur’an terdiri dari serangkaian topik teoritis dan praktis sebagai pedoman hidup untuk umat manusia. Apabila semua ajaran tersebut dilaksanakan, kita akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat ( 2011 : 119 ). Al- Qur’an merupakan sumber nilai yang pertama dan utama, yang eksistensinya tidak mengalami perubahan, walaupun interpretasinya mengalami perubahan, sesuai dengan konteks zaman, keadaan dan tempat.
 Kedudukan Al- Qur’an dalam nilai-nilai pendidikan Islam adalah sebagai sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih dan kuat, karena ajaran Al- Qur’an adalah bersifat mutlak dan universal. Baik yang isinya menganjurkan atau perintah dan juga berisi nilai-nilai yang mengandung larangan. Nilai-nilai Qur’ani secara garis besar terdiri dari dua nilai yaitu nilai kebenaran (metafafisis dan saintis) dan nilai moral. Kedua nilai ini akan memandu manusia dalam membina kehidupan dan penghidupannya ( Said Agil,  2005: 3- 6 ).
Menurut Fadhil Al Jamali dan Ramuyalis sebagaimana dikutip oleh Mawardi Ahmad Izzan (2012: 14) menyatakan bahwa:
“Pada hakikatnya Al-Qur’an itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan umat manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moral (akhlak) dan spiritual.”

Al- Qur’an berisi tentang pedoman dan tuntunan hidup bagi umat Islam, baik secara individu ataupun umat.
b.    As- Sunnah
 As- Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al- Qur’an. As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah SWT ( Daradjat, dkk, 2008: 20- 21 ).
Jadi Sunnah Rasul, adalah amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Dalam proses perubahan hidup sehari-hari dan menjadi sumber utama. Sunnah berisi petunjuk ( pedoman ) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk  membina hubungan antar umat manusia menjadi manusia sutuhnya atau umat muslim yang bertakwa. Ssunnah dijadikan sumber utama karena Allah SWT menjadikan Muhammad sebagai tauladan bagi umatnya. Firman Allah dalam surat Al- Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah ” (QS. Al-Ahzab: 21)

Menurut Daradjat (2008: 21-22), Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rassul Allah SWT yang berisi akidah dan syariah. Melalui sunnah inilah hendaknya pelaku dalam pendidikan belajar dan bercermin ketika menetapkan suatu kebijakan  dan keputusan pada suatu proses pendidikan, baik dalam bentuk materi, metode, kurikulum dan sebagainya. Sebab Al- Qur’an  merupakan penyambung lidah bagi Al- Qur’an dan apa yang disampaikan oleh Al- Qur’an tidak ada yang diingikan oleh sunnah.
Menurut Ramuyalis sebagaimana dikutip oleh Ahmad Izzan (2012: 16) menerangkan bahwa konsepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw adalah sebagai berikut:
a.         Disampaikan sebagai rahmatan lil’ alamin.
b.        Disampaikan secara universal dan menyeluruh.
c.         Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak.
d.        Kehadiran Nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan.
e.  Perilaku Nabi sebagai figur identifikasi uswah hasanah (contoh yang baik) bagi umatnya.
         4.      Bentuk Nilai-nilai Pendidikan Islam
   Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa agar bisa memberi output bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas. Pokok-pokok nilai pendidikan Islam yang utama yang harus ditanamkan pada anak yaitu nilai pendidikan i’tiqodiyah, nilai pendidikan amaliyah, nilai pendidikan khuluqiyah (Achmadi, 1992: 58).
a.    Nilai Pendidikan I’tiqodiyah
Nilai pendidikan I’tiqodiyah ini merupakan nilai yang terkait dengan keimanan seperti iman kepada Allah SWT, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir dan Takdir yang bertujuan menata kepercayaan individu.
Iman berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar amanayu’minu imanan artinya beriman atau percaya (Kaelani HD, 2000: 58).
Percaya dalam bahasa Indonesia artinya mengakui atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercayai) itu memang benar atau nyata adanya. Dalam iman terdapat 3 unsur yang mesti berjalan serasi, tidak boleh tumpang antara pengakuan lisan, pembenaran hati dan pelaksanaan secara nyata dalam perbuatan.
Menurut Kaelani HD (2000: 60-61) bukti-bukti keimanan diantaranya:
1)        Mencintai Allah SWT dan Rasull-Nya.
2)         Melaksanakan perintah-perintah-Nya.
3)        Menghindari larangan-larangan-Nya.
4)        Berpegang teguh kepada Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya.
5)        Membina hubungan kepada Allah SWT dan sesama manusia.
6)        Mengerjakan dan meningkatkan amal shaleh.
7)        Berjihad dan dakwah. Nilai Kemanusiaan.
Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat perhatian  yang pertama dan utama dari orang tua. Memberikan pendidikan ini kepada anak merupakan keharusan yang tidak boleh ditinggalkan. Pasalnya iman mendasari keIslaman seseorang.
Pendidikan keimanan harus dijadikan sebagai salah satu pokok dari pendidikan kesalehan anak. Dengannya dapat diharapkan kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah SWT melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan keimannan yang kuat bisa membentengi dirinya dari perbuatan dan kebiasaan buruk.
b.    Nilai Pendidikan Amaliyah.
Nilai pendidikan amaliyah merupakan nilai yang berkaitan dengan tingkah laku. Nilai pendidikan amaliyah diantaranya:
1)        Pendidikan Ibadah
Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan mepedomani aqidah Islamiyah. Pembinaan ketaan beribadah kepada anak  dimulai dari dalam keluarga. Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan nilai ibadah, seperti diajarkan melafalkan surat-surat pendek dari Al-Qur’an  untuk melatih lafal-lafal agar fasih mengucapkannya, karena membaca Al-Qur’an adalah ibadah. Kemudian juga anak-anak dilatih mendirikan shalat, maksudnya  ialah agar ketika anak mulai baligh, tidak perlu bersusah payah belajar shalat.
Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam yang perlu diperhatikan semua ibadah dalam Islam yang bertujuan membawa manusia agar selalu ingat kepada Allah SWT.
2)        Pendidikan Muamalah
Pendidikan muamalah merupakan pendidikan yang memuat hubungan antara manusia baik secara individu maupun kelompok. Pendidikan muamalah ini meliputi:
a)        Pendidikan Syakhsiyah
Pendidikan Syakhsiyah merupakan pendidikan yang memuat perilaku individu, seperti masalah perkawinan, hubungan suami istri dan keluarga yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah dan sejahtera.
b)        Pendidikan Madaniyah
 Pendidikan ini berkaitan dengan perdangan seperti upah, gadai yang bertujuan untuk mengelola harta benda atau hak-hak indvidu.
c)        Pendidikan Jana’iyah
Pendidikan ini yang berhubungan denganpidana atas pelanggaran yang dilakukan, yang bertujuan memlihara kelangsungan kehidupan manusia, baik berkaitan dengan harta, kehormatan, maupun hak-hak individu yang lain.
d)       Pendidikan Murafa’at
Pendidikan ini berhubungan dengan acara seperti peradilan, saksi maupun sumpah yang bertujuan untuk menegakkan keadilan diantara anggota masyarakat.
e)        Pendidikana Dusturiyah
Pendidikan ini berhubungan dengan undang-undang Negara yang mengatur hubungan rakyat dengan pemerintah yang bertujuan untuk stabilitas bangsa.
f)         Pendidikan Duwaliyah
Pendidikan ini yang berhubungan dengan tata negara seperti tata negara Islam, tata negara tidak Islam, wilayah perdamaian dan wilayah perang, dan hubungan muslim di negara lain yang bertujuan untuk perdamaian dunia.
g)        Pendidikan Iqtishadiyah
Pendidikan ini berhubungan dengan perkonomian individu dan negara, hubungan yang miskin dengan yang kaya yang bertujuan untuk keseimbangan dan pemerataan pendapatan.
c.    Nilai  Pendidikan Khuluqiyah
Pendidikan ini merupakan pendidikan yang berkaitan dengan etika (akhlak) yang bertujuan membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi diri dengan perilaku terpuji.
Pendidikan akhlak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari, karena seseorang yang tidak memiliki akhlak akan menjadikan dirinya berbuat merugikan orang lain.
Pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang dapat membawa menuju kesuksesan, oleh karena itu didiklah anak-anak kita dengan akhlak yang baik, karena orang tua merupakan cerminan yang pertama yang dicontoh oleh anak.
             5.      Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pribadi Peserta didik.
Para ahli pendidikan telah sepakat, bahwa salah satu tugas yang diemban oleh pendidik adalah mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam upaya membentuk kepribadian yang intelek, bertanggungjawab melalui jalur pendidikan. Sebuah upaya mewariskan nilai-nilai tersebut sehingga menjadi miliknya disebut mentransformasikan nilai, sedangkan upaya yang dilakukan untuk memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam jiwanya sehingga melekat dalam dirinya disebut menginternalisasikan nilai ( Fuad Ihsan, 2011: 155 ).
Untuk mewujudkan proses transformasi dan internalisasi tersebut, banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik. Fuad Ihsan menjelaskan dalam bukunya Dasar-Dasar Pendidikan (2011: 155 ) antara lain dengan cara:
a.         Melaui Pergaulan
Pendidik dalam pergaulan memiliki peran yang amat penting. Melalui pergaulan yang bersifat edukatif, pendidik harus mampu mengkomunikasikan nilai-nilai luhur agama, baik cara jalan diskusi ataupun tanya jawab. Sebaliknya bagi peserta mempunyai banyak kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dipahaminya. Sehingga wawasan mereka tentang nilai-nilai agama tersebut akan diinternalisasikannya dengan baik.
Dengan pergaulan yang erat akan menjadikan keduanya merasa tidak ada jurang diantara keduanya. Melalui pergaulan yang demikian peserta didik yang bersangkutan akan merasa leluasa untuk mengadakan dialog dengan gurunya. Cara tersebut akan efektif dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai agama. Keakraban antara pendidik dan peserta didik, sangat penting untuk diciptakan oleh pendidik.



b.        Melalui Pemberian suri tauladan
Suri tauladan adalah  alat pendidikan yang sangat efektif bagi kelangsungan mengkomunikasikan nilai-nilai agama. Konsep suri tauladan yang ada dalam pendidikan Ki Hajar Dewantoro yaitu ing ngarso sung tulodo, melalui ing ngarso sung tulodo pendidik menampilkan suri tauladannya, dalam bentuk tingkah laku, pembicaraan, cara bergaul, amal ibadah, tegur sapa dan sebagainya. Melalui contoh-contoh tersebut nilai-nilai luhur agama akan diinternalisasikan sehingga menjadi bagian dari dirinya, dan kemudian diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
Pada hakikatnya di lembaga pendidikan ini peserta membutuhkan akan suri tauladan, karena sebagian besar dari pembentukan pribadi seseorang adalahh dari keteladanan yang diamatinya dari gurunya. Jika di rumah, keteladanan tersebut diterimanya dari kedua orang tuanya dan orang-orang dewasa dalam keluarganya. Begitu pula keteladanan yang diterimanya dari lingkungan di sekitarnya. Oleh sebab itu sebagai seorang pendidik hendaknya mampu menanmpilkan akhlak karimah sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
c.         Melalui ajakan dan Pengamalan
Nilai-nilai luhur agama Islam yang diajarkan kepada peserta didik adalah bukan untuk dihafal menjadi ilmu pengetahuan (kognitif), akan tetapi untuk dihayati (afektif) dan diamalkan (psikomotorik) dalam kehidupannya sehari-hari. Islam adalah agama yang menyerukan kepda pemeluknya  untuk mengerjakannya sehingga menjadi umat yang beramal shaleh.
Dalam teori pendidikan terdapat metode yang bernama Learning by doing yaitu belajar dengan mempraktekan teori yang telah dipelajarinya. Dengan mengamalkan teori yang dipelajarinya akan menimbulkan kesan yang mendalam sehingga mampu diinternalisasi. Hasil belajar terletak dalam psikomotorik yaitu mempraktekkan ilmu yang dipelajari seperti nilai luhur agama di dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

4 komentar

komentar
21 Februari 2017 pukul 01.13 delete

koq gak ada daftar pustakanya

Reply
avatar
8 November 2018 pukul 07.46 delete

Apa boleh minta itu sumbernya dari mana?

Reply
avatar
21 Januari 2019 pukul 20.09 delete

Bang, share daftar pustakanya juga ya, tolong :'(

Reply
avatar
20 Mei 2021 pukul 08.54 delete

Minta daftar pustakanya dong..

Reply
avatar