Nilai-nilai Pendidikan Islam
1.
Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Islam
Agar lebih mengarah kepada pokok pembahasan pengertian tentang
nilai-nilai pendidikan Islam maka perlu dijelaskan terlebih dahulu makna dari
nilai-nilai itu sendiri. Istilah “nilai” sering kita jumpai serta banyak
digunakan dalam percakapan sehari-hari, baik secara lisan ataupun tertulis,
seperti nilai religius, nilai moral, nilai keindahan ataupun nilai kebudayaan.
Istilah tersebut seperti sudah dimengerti baik betuk ataupun maknanya. Namun
jika kita kaji lebih dalam apa makna nilai itu, akan kita temukan arti yang
lebih dalam pula dari makna kata tersebut. Banyak para ahli yang menafsirkan
makna dari nilai itu sendiri menurut sudut pandang yang mereka anut, karena
sifat nilai itu sendiri adalah riil atau abstrak, sehingga sulit menentukan dan
mengetahui nilai itu dari pribadi yang lain. Keluasan, keabstrakan nilai
merupakan standar kebenaran yang harus dimiliki, diinginkan dan layak untuk
dihormati.
Nilai dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia berarti harga, ukuran, angka yang mewakili prestasi, sifat- sifat
yang penting yang berguna bagi manusia dalam menjalani hidupnya (Kamisa, 1997:
376). Nilai mengacu pada sesuatu yang oleh manusia ataupun masyarakat dipandang
sebagai yang paling berharga.
Menurut Milto Roceach dan James Bank
sebagaimana dikutip oleh Mawardi Lubis “ Nilai adalah suatu tipe kepercayaan
yang berada dalam ruang lingkup sistem
kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan,
atau mengenai suatu tindakan yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki
dan dipercayai ( Mawardi Lubis, 2011:16 ). Nilai menurut Fraenkel yang dikutip
oleh Mawardi Lubis ( 2011: 17 ) adalah standar tingkah laku, keindahan,
keadilan, kebenaran dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya
dijalankan dan di pertahankan.
Dalam beberapa pengertian di atas nilai
adalah suatu yang penting atau yang berharga bagi manusia sekaligus inti
kehidupan dan diyakini sebagai standar tingkah laku, tanpa nilai manusia tidak
akan memiliki arti dalam kehidupannya karena sebagai dasar dari aktifitas hidup
manusia harus memiliki nilai baik yang melekat pada pribadi maupun
masyarakatnya.
Setelah istilah nilai didefinisikan,
kemudian penulis akan mendefinisikan pengertian dari pendidikan Islam. Sebelum
mendefinisikan pengertian dari pendidikan Islam faktanya bahwa sering dijumpai
ada kerancuan dalam penggunaan istilah “Pendidikan Islam” dengan “Pendidikan
Agama Islam”. Padahal bila dikaitkan dengan kurikulum pada lembaga pendidikan
formal ataupun non-formal, pendidikan agama Islam hanya terbatas pada bidang
studi agama seperti tauhid, fiqih, tarikh Nabi, membaca Al-Qur’an, Tafsir dan
Hadits. Sedangkan istilah Pendidikan Islam tidak lagi hanya berarti pengajaran
Al-Qur’an, Hadits dan Fiqih, tetapi memberi arti pendidikan disemua cabang ilmu
pengetahuan yang diajarkan dari sudut pandang Islam ( Achmadi, 1992: 19-20 ).
Achmadi menjelaskan pengertian pendidikan
agama Islam yaitu sebagai usaha yang lebih khusus ditekankan untuk
mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar mampu memahami, menghayati
dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam ( 1992: 20 ). Pendidikan agama Islam sangat
penting dalam rangka menanamkan nilai-nilai spiritual Islam, namun hal ini baru
sebagian dari seluruh kerangka pendidikan Islam.
Pendidikan Islam adalah usaha orang
dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan
serta perkembangan fitrah (kemampuan sadar) anak didik melalui ajaran Islam ke
arah titik maksimal pertumbuhan dan kekurangannya (M. Arifin, 2006: 22).
Pendidikan Islam adalah proses bimbingan
terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut Islam dengan hikmah
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi semua sesuai berlakunya
ajaran Islam (M. Arifin ,1994: 14-15).
Achmadi menjelaskan pengertian pendidikan
Islam adalah sebagai segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah
manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia
seutuhnya ( insan kamil ) sesuai dengan norma Islam ( 1992:20 ).
Dalam Islam, pada dasarnya nilai
merupakan akhlak sedang akhlak merupakan ciri khas Islam untuk moral dan etika.
Karena istilah nilai terkait dengan moral dan etika, maka antara moral, etika
dan akhlak adalah satu kesatuan kata memiliki makna yang sama ( Langgulung,
1988 : 366 ).
Dari kedua pengertian di atas yaitu
pengertian nilai dan pendidikan Islam dapat diambil definisi bahwa nilai- nilai
pendidikan Islam adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup yang saling terkait
yang berisi ajaran-ajaran guna memilihara dan mengembangkan fitrah manusia
serta sumberdaya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya
(insan kamil) sesuai dengan norma atau ajaran Islam.
2.
Kriteria Nilai-nilai Pendidikan Islam
Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian tentang nilai- nilai
pendidikan Islam di atas bahwa nilai menunjukan sesuatu yang terpenting dalam
keberadaan manusia atau suatu yang paling berharga atau asasi bagi manusia,
oleh karena itu bila dilihat dari pendidikan Islam nilai merupakan jalan hidup
yang berproses pada wilayah ritual dan berdimensi eskatologis diajarkan perlunya penghayatan nilai- nilai ketuhanan.
Disinilah manusia memberlukan bimbingan serta tata cara ibadah yang baik,
berdoa yang benar, berperilaku yang baik dan sebagainya.
Tahap-tahap proses pembentukan nilai menurut Karthwohl sebagaimana
dikutip oleh Mawardi Lubis ( 2011: 19 ), lebih banyak banyak ditentukan dari
arah mana dan bagaimana seseorang menerima nilai-nilai dari luar kemudian
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam dirinya. Menurut Karthwohl
proses pembentukan nilai pada anak dapat dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu :
a.
Tahap receiving (
menyimak ). Pada tahap ini seseorang secara aktif dan sensitif menerima
stimulus dan menghadapi fenomena-fenomena, sedia menerima secara aktif dan
selektif dalam memilih fenomena.
b.
Tahap responding (
menanggapi ). Pada tahap ini seseorang sudah dalam bentuk respons yang nyata.
c.
Tahap valuing ( memberi
nilai ). Jika tahap pertama dan kedua lebih bersifat aktvitas fisik biologis
dalam menerima dan menanggapi nilai, maka pada tahap ini seseorang sudah mampu
menangkap stimulus itu atas dasar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan
mulai mampu menyusun persepsi tentang objek.
d.
Tahap mengorganisasikan nilai ( organization
), yaitu satu tahap yang lebih kompleks dari tahap ketiga di atas. Seseorang
mulai mengatur sebuah sistem nilai yang ia dari luar untuk diorganisasikan
(didata) dalam dirinya sehingga sistem nilai itu menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam dirinya.
e.
Tahap karakterisasi nilai ( characterization
), yang ditandai dengan ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem
nilaiyang diyakininya dalam kehidupan secara mapan, ajek dan konsisten.
Karakterisasi nilai dapat dibentuk melalui berbagai kriteria nilai
pendidikan yang harus dipahami, sebagaimana diungkap oleh Djunaidi yang dikutip
oleh Siti Aminaul Mu’minah ( 2011 : 21 ) antara lain :
a.
Fakta yang menyokong bahwa pertimbangan itu mesti benar atau baik
pada tempatnya.
b.
Fakta itu harus ada hubungannya dengan keasliannya dan harus
mempunyai nilai yang nyata bagi orang yang mempertimbangkan.
c.
Akan sama dengan ssesuatu yang lain, bila hubungan lalpangannya itu
lebih luas terhadap kenyataan yang diambil berdasarkan perhitungan,pertimbangan
yang lebih.
d.
Prinsip nilai yang tercantum lewat pertimbangan harus dapat diterima
oleh yang membuat pertimbangan itu sendiri.
3.
Sumber Nilai-nilai Pendidikan Islam
Sumber nilai yang menjadi acuan hidup manusia amat banyak macamnya,
semua jenis nilai memiliki sumber yang menjadi pengikat semua nilai. Sumber
nilai-nilai pendidikan Islam yang menjadi acuan bagi hidup manusia adalah
sumber nilai Islam. Sumber nilai Islam yang dimaksud berasal dari nilai yang
menjadi falsafah hidup yang dianut oleh pelaku pendidikan Islam, sumber nilai
agama yang pokok adalah Al- Qur’an dan As- Sunnah.
a.
Al- Qur’an
Menurut Zakiah Daradjat (2008: 19) Al- Qur’an adalah firman Allah
berupa wahyu yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Pengertian
tentang Al- Qur’an di atas diperkuat dengan pendapat dari Allamah Syayyid bahwa
Al-Qur’an terdiri dari serangkaian topik teoritis dan praktis sebagai pedoman
hidup untuk umat manusia. Apabila semua ajaran tersebut dilaksanakan, kita akan
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat ( 2011 : 119 ). Al- Qur’an
merupakan sumber nilai yang pertama dan utama, yang eksistensinya tidak
mengalami perubahan, walaupun interpretasinya mengalami perubahan, sesuai
dengan konteks zaman, keadaan dan tempat.
Kedudukan Al- Qur’an dalam
nilai-nilai pendidikan Islam adalah sebagai sumber etika dan nilai-nilai yang paling
shahih dan kuat, karena ajaran Al- Qur’an adalah bersifat mutlak dan universal.
Baik yang isinya menganjurkan atau perintah dan juga berisi nilai-nilai yang
mengandung larangan. Nilai-nilai Qur’ani secara garis besar terdiri dari dua
nilai yaitu nilai kebenaran (metafafisis dan saintis) dan nilai moral. Kedua
nilai ini akan memandu manusia dalam membina kehidupan dan penghidupannya (
Said Agil, 2005: 3- 6 ).
Menurut Fadhil Al Jamali dan Ramuyalis sebagaimana dikutip oleh
Mawardi Ahmad Izzan (2012: 14) menyatakan bahwa:
“Pada
hakikatnya Al-Qur’an itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan
umat manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya merupakan kitab
pendidikan kemasyarakatan, moral (akhlak) dan spiritual.”
Al- Qur’an berisi tentang pedoman dan tuntunan hidup bagi umat
Islam, baik secara individu ataupun umat.
b.
As- Sunnah
As- Sunnah merupakan sumber
ajaran kedua sesudah Al- Qur’an. As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun
pengakuan Rasul Allah SWT ( Daradjat, dkk, 2008: 20- 21 ).
Jadi Sunnah Rasul, adalah amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah
SAW. Dalam proses perubahan hidup sehari-hari dan menjadi sumber utama. Sunnah
berisi petunjuk ( pedoman ) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala
aspeknya, untuk membina hubungan antar
umat manusia menjadi manusia sutuhnya atau umat muslim yang bertakwa. Ssunnah
dijadikan sumber utama karena Allah SWT menjadikan Muhammad sebagai tauladan
bagi umatnya. Firman Allah dalam surat Al- Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)
“ Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah ” (QS.
Al-Ahzab: 21)
Menurut Daradjat (2008: 21-22), Sunnah adalah perkataan, perbuatan
ataupun pengakuan Rassul Allah SWT yang berisi akidah dan syariah. Melalui
sunnah inilah hendaknya pelaku dalam pendidikan belajar dan bercermin ketika
menetapkan suatu kebijakan dan keputusan
pada suatu proses pendidikan, baik dalam bentuk materi, metode, kurikulum dan
sebagainya. Sebab Al- Qur’an merupakan
penyambung lidah bagi Al- Qur’an dan apa yang disampaikan oleh Al- Qur’an tidak
ada yang diingikan oleh sunnah.
Menurut Ramuyalis sebagaimana dikutip oleh Ahmad Izzan (2012: 16)
menerangkan bahwa konsepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw
adalah sebagai berikut:
a.
Disampaikan sebagai rahmatan
lil’ alamin.
b.
Disampaikan secara universal dan menyeluruh.
c.
Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak.
d.
Kehadiran Nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan.
e. Perilaku Nabi sebagai figur identifikasi uswah hasanah (contoh yang baik) bagi umatnya.
4. Bentuk
Nilai-nilai Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai yang mendukung
dalam pelaksanaan pendidikan. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa agar
bisa memberi output bagi pendidikan
yang sesuai dengan harapan masyarakat luas. Pokok-pokok nilai pendidikan Islam
yang utama yang harus ditanamkan pada anak yaitu nilai pendidikan i’tiqodiyah, nilai pendidikan amaliyah, nilai pendidikan khuluqiyah (Achmadi, 1992: 58).
a.
Nilai Pendidikan I’tiqodiyah
Nilai pendidikan I’tiqodiyah
ini merupakan nilai yang terkait dengan keimanan seperti iman kepada Allah SWT,
Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir dan Takdir yang bertujuan menata kepercayaan
individu.
Iman berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar amanayu’minu imanan artinya beriman atau
percaya (Kaelani HD, 2000: 58).
Percaya dalam bahasa Indonesia artinya mengakui atau yakin bahwa
sesuatu (yang dipercayai) itu memang benar atau nyata adanya. Dalam iman
terdapat 3 unsur yang mesti berjalan serasi, tidak boleh tumpang antara
pengakuan lisan, pembenaran hati dan pelaksanaan secara nyata dalam perbuatan.
Menurut Kaelani HD (2000: 60-61) bukti-bukti keimanan diantaranya:
1)
Mencintai Allah SWT dan Rasull-Nya.
2)
Melaksanakan
perintah-perintah-Nya.
3)
Menghindari larangan-larangan-Nya.
4)
Berpegang teguh kepada Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya.
5)
Membina hubungan kepada Allah SWT dan sesama manusia.
6)
Mengerjakan dan meningkatkan amal shaleh.
7)
Berjihad dan dakwah. Nilai Kemanusiaan.
Pendidikan
keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat perhatian yang pertama dan utama dari orang tua.
Memberikan pendidikan ini kepada anak merupakan keharusan yang tidak boleh
ditinggalkan. Pasalnya iman mendasari keIslaman seseorang.
Pendidikan
keimanan harus dijadikan sebagai salah satu pokok dari pendidikan kesalehan
anak. Dengannya dapat diharapkan kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang
beriman kepada Allah SWT melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dengan keimannan yang kuat bisa membentengi dirinya dari perbuatan dan
kebiasaan buruk.
b.
Nilai Pendidikan Amaliyah.
Nilai pendidikan amaliyah merupakan nilai yang berkaitan dengan
tingkah laku. Nilai pendidikan amaliyah diantaranya:
1)
Pendidikan Ibadah
Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan
mepedomani aqidah Islamiyah. Pembinaan ketaan beribadah kepada anak dimulai dari dalam keluarga. Sejak dini
anak-anak harus diperkenalkan dengan nilai ibadah, seperti diajarkan melafalkan
surat-surat pendek dari Al-Qur’an untuk
melatih lafal-lafal agar fasih mengucapkannya, karena membaca Al-Qur’an adalah
ibadah. Kemudian juga anak-anak dilatih mendirikan shalat, maksudnya ialah agar ketika anak mulai baligh, tidak perlu
bersusah payah belajar shalat.
Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam yang
perlu diperhatikan semua ibadah dalam Islam yang bertujuan membawa manusia agar
selalu ingat kepada Allah SWT.
2)
Pendidikan Muamalah
Pendidikan muamalah merupakan pendidikan yang memuat hubungan
antara manusia baik secara individu maupun kelompok. Pendidikan muamalah ini
meliputi:
a)
Pendidikan Syakhsiyah
Pendidikan Syakhsiyah merupakan
pendidikan yang memuat perilaku individu, seperti masalah perkawinan, hubungan
suami istri dan keluarga yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah
dan sejahtera.
b)
Pendidikan Madaniyah
Pendidikan ini berkaitan
dengan perdangan seperti upah, gadai yang bertujuan untuk mengelola harta benda
atau hak-hak indvidu.
c)
Pendidikan Jana’iyah
Pendidikan ini yang berhubungan denganpidana atas pelanggaran yang
dilakukan, yang bertujuan memlihara kelangsungan kehidupan manusia, baik
berkaitan dengan harta, kehormatan, maupun hak-hak individu yang lain.
d)
Pendidikan Murafa’at
Pendidikan ini berhubungan dengan acara seperti peradilan, saksi
maupun sumpah yang bertujuan untuk menegakkan keadilan diantara anggota
masyarakat.
e)
Pendidikana Dusturiyah
Pendidikan ini berhubungan dengan undang-undang Negara yang
mengatur hubungan rakyat dengan pemerintah yang bertujuan untuk stabilitas
bangsa.
f)
Pendidikan Duwaliyah
Pendidikan ini yang berhubungan dengan tata negara seperti tata
negara Islam, tata negara tidak Islam, wilayah perdamaian dan wilayah perang,
dan hubungan muslim di negara lain yang bertujuan untuk perdamaian dunia.
g)
Pendidikan Iqtishadiyah
Pendidikan ini berhubungan dengan perkonomian individu dan negara,
hubungan yang miskin dengan yang kaya yang bertujuan untuk keseimbangan dan
pemerataan pendapatan.
c.
Nilai Pendidikan Khuluqiyah
Pendidikan ini merupakan pendidikan yang berkaitan dengan etika
(akhlak) yang bertujuan membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi
diri dengan perilaku terpuji.
Pendidikan akhlak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan
sehari-hari, karena seseorang yang tidak memiliki akhlak akan menjadikan
dirinya berbuat merugikan orang lain.
Pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang dapat membawa menuju
kesuksesan, oleh karena itu didiklah anak-anak kita dengan akhlak yang baik,
karena orang tua merupakan cerminan yang pertama yang dicontoh oleh anak.
5.
Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pribadi Peserta didik.
Para ahli pendidikan telah sepakat, bahwa salah satu tugas yang
diemban oleh pendidik adalah mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada peserta
didik dalam upaya membentuk kepribadian yang intelek, bertanggungjawab melalui
jalur pendidikan. Sebuah upaya mewariskan nilai-nilai tersebut sehingga menjadi
miliknya disebut mentransformasikan nilai, sedangkan upaya yang dilakukan untuk
memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam jiwanya sehingga melekat dalam dirinya
disebut menginternalisasikan nilai ( Fuad Ihsan, 2011: 155 ).
Untuk mewujudkan proses transformasi dan internalisasi tersebut,
banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik. Fuad Ihsan menjelaskan
dalam bukunya Dasar-Dasar Pendidikan (2011:
155 ) antara lain dengan cara:
a.
Melaui Pergaulan
Pendidik dalam pergaulan memiliki peran yang amat penting. Melalui
pergaulan yang bersifat edukatif, pendidik harus mampu mengkomunikasikan
nilai-nilai luhur agama, baik cara jalan diskusi ataupun tanya jawab.
Sebaliknya bagi peserta mempunyai banyak kesempatan untuk menanyakan hal-hal
yang tidak dipahaminya. Sehingga wawasan mereka tentang nilai-nilai agama
tersebut akan diinternalisasikannya dengan baik.
Dengan pergaulan yang erat akan menjadikan keduanya merasa tidak
ada jurang diantara keduanya. Melalui pergaulan yang demikian peserta didik
yang bersangkutan akan merasa leluasa untuk mengadakan dialog dengan gurunya.
Cara tersebut akan efektif dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai agama.
Keakraban antara pendidik dan peserta didik, sangat penting untuk diciptakan
oleh pendidik.
b.
Melalui Pemberian suri tauladan
Suri tauladan adalah alat
pendidikan yang sangat efektif bagi kelangsungan mengkomunikasikan nilai-nilai
agama. Konsep suri tauladan yang ada dalam pendidikan Ki Hajar Dewantoro yaitu ing ngarso sung tulodo, melalui ing ngarso sung tulodo pendidik
menampilkan suri tauladannya, dalam bentuk tingkah laku, pembicaraan, cara
bergaul, amal ibadah, tegur sapa dan sebagainya. Melalui contoh-contoh tersebut
nilai-nilai luhur agama akan diinternalisasikan sehingga menjadi bagian dari
dirinya, dan kemudian diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
Pada hakikatnya di lembaga pendidikan ini peserta membutuhkan akan
suri tauladan, karena sebagian besar dari pembentukan pribadi seseorang adalahh
dari keteladanan yang diamatinya dari gurunya. Jika di rumah, keteladanan
tersebut diterimanya dari kedua orang tuanya dan orang-orang dewasa dalam
keluarganya. Begitu pula keteladanan yang diterimanya dari lingkungan di
sekitarnya. Oleh sebab itu sebagai seorang pendidik hendaknya mampu
menanmpilkan akhlak karimah sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
c.
Melalui ajakan dan Pengamalan
Nilai-nilai luhur agama Islam yang diajarkan kepada peserta didik
adalah bukan untuk dihafal menjadi ilmu pengetahuan (kognitif), akan tetapi
untuk dihayati (afektif) dan diamalkan (psikomotorik) dalam kehidupannya
sehari-hari. Islam adalah agama yang menyerukan kepda pemeluknya untuk mengerjakannya sehingga menjadi umat
yang beramal shaleh.
Dalam
teori pendidikan terdapat metode yang bernama Learning by doing yaitu belajar dengan mempraktekan teori yang
telah dipelajarinya. Dengan mengamalkan teori yang dipelajarinya akan
menimbulkan kesan yang mendalam sehingga mampu diinternalisasi. Hasil belajar
terletak dalam psikomotorik yaitu mempraktekkan ilmu yang dipelajari seperti
nilai luhur agama di dalam praktek kehidupan sehari-hari.
4 komentar
komentarkoq gak ada daftar pustakanya
ReplyApa boleh minta itu sumbernya dari mana?
ReplyBang, share daftar pustakanya juga ya, tolong :'(
ReplyMinta daftar pustakanya dong..
Reply