KENABIAN MENURUT PEMIKIRAN
AHMADIYAH
Judul : Kenabian Mirza Ghulam
Ahmad
Penulis : Ida Novianti, M.Ag
Editor : Heru Kurniawan
Penerbit : STAIN Purwokerto Press
Tahun Terbit : 2006
Jumlah Halaman : 146
Pemikiran tentang keislaman
berjalan sesuai dengan perkembangan jaman, dan pemikiran tiap orang
berbeda-beda. Inilah yang menjadikannya banyak aliran-aliran yang muncul dalam
hal keislaman, baik aliran yang masih sejalan dengan tauhid dan ajaran Islam, atau
bahkan aliran yang dikatakan sesat karena berseberangan dengan paham dalam
Islam, seperti paham kenabian dan lain-lain dalam aliran Ahmadiyah.
Dalam buku ini dibahas dari mulai
biografi pendiri Ahmadiyah, sejarah Ahmadiyah, pandangan Ahmadiyah tentang wahyu
dan kenabian dan pandangan Ahmadiyah terhadap nabi Isa dan masalah khilafah.
Pendiri Ahmadiyah adalah Hazrat
Mirza Ghulam Ahmad. Lahir pada hari Jumat, 13 Februari 1835 M atau 14 Syawal
1250 H di Qadian, india. Mirza Ghulam Ahmad berasal dari keluarga bangsawan
suku Barsal, dinasti Mughal. Mirza Ghulam Ahmad belajar mengkaji Al-Quran dan
beberapa kitab berbahasa Persia pada umur enam tahun, lalu pada umur 17 tahun,
ia belajar nahwu dan Mantiq. Mirza Ghulam Ahmad menikah dengan gadis
bernama Hurmat Bibi dan mempinyai dua
anak, Mirza Sultan Ahmad dan Mirza Ahmad.
Sebab asal mengapa Ahmadiyah
muncul adalah munculnya ilham-ilham yang dikira datang dari Allah pada Mrza
Ghulam Ahmad, terlebih ilham yang menyatakan nabi Isa yang ditunggu-tunggu
kedatangannya yang kedua kalinya ternyata telah wafat dan tidak akan datang ke
dunia, akan tetapi digantikan orang lain yaitu Mirza Ghulam Ahmad sendiri. Lalu
berita ini diumumkan ke masyarakat, spontan menolaknya, tapi setiap orang yang
mengecamnya akan kalah dalam debat oleh Mirza Ghulam Ahmad dan menjadi
pengikutnya hingga sebanyak sekarang. Mirza Ghulam Ahmad meninggal pada 26 Mei
1908 di Qadian.
Ahmadiyah dimaklumatkan pada 23
Maret 1889 di Qadian, India dipimpin oleh Mirza Ghulam Ahmad, lalu diteruskan
oleh Hakim Nuruddin, sepeninggalnya, Ahmadiyah terpecah jadi dua, Qadian dan
Lahore. Qadian dipimpin oleh Mirza Bashiruddin Ahmad Mahmud, sedang Lahore
dipimpin oleh Maulana Muhammad Ali. Keduanya giat berdakwah ke seluruh –penjuru
dunia. Qadian mendirikan cabangnya di Ceylon Burma, Philipina, Sumatra, Rusia,
Iran, Iraq, Arab Saudi, Syiria, Mesir, Nigeria dan lain-lain.
Menurut Qadiani, nabi adalah
seseorang yang membawa tuntunan dan peringatan untuk manusia. Dia adalah hamba
pilihan Tuhan (dipilih karena kecintaan dan kesetiaan kepada-Nya). Nabi diberi
tugas untuk memimpin umat, membumbung manusia untuk mengenal Tuhan dan
mengajarkan kepada manusia tata cara beribadah kepada Tuhan. Menurut Qadiani,
mujaddid dan wali dapat disebut nabi, yaitu nabi dzilly atau nabi bayangan dari
kenabian sebelumnya. Mereka tidak membawa syariat baru, tapi meneruskan dan
meluruskan syariat yang sudah ada.
Menurut Qadiani, wahyu adalah
pembicaraan Allah dengan hambanya melalui lafadz dan lafadz tersebut dapat
dipastikan datangnya dari Allah, dan bukan hanya nabi yang mendapatkannya, tapi
semua orang bisa mendapatkannya. Wahyu tetap berlangsung secara terus menerus
seperti kenabian. Dan Qadiani menganggap Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang
nabi.
“Khatamul Anbiya” yang dicapkan
pada Rasulullah Muhammad menurut Qadiani bukan berarti nabi terakhir, tapi nabi
yang sempurna. Nabi akan terus ada, walau bentuknya hanya sebuah emanasi, atau
nabi bayangan dari kenabian sebelumnya.
Menurut Qadiani, konsep turunnya
nabi Isa yang keduakalinya tidak akan ada, namun Mirza Ghulam Ahmad itu sendiri
adalah pengganti Isa. Tentang wafatnya nabi Isa, Qadiani menganggap nabi isa
meninggal secara wajar (alamiyah) bertolek belakang dengan anggapan Sunni.
Buku ini begitu mendalam
menjelaskan pandangan dan cara berpikir aliran Ahmadiyah. Disertai dengan
penjelasan di setiap babnya. Namun buku ini tidak lepas dengan
kekurangan-kekurangannya, seperti tidak dilengkapi dengan gambar-gambar yang
menjelaskan, misalnya gambar peta dakwah Ahmadiyah, dan lain-lain.