SEJARAH DAN FILSAFAT IBNU RUSYD


PENDAHULUAN

Filsafat merupakan hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami dan memahami atau Mendalami secara radikal dan integral secara sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu hakikat tuhan, hakikat alam semesta, dan hakikat manusia serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut.
Menurut Mustofa Abdur Razik  kata filsafat dikalangan umat islam adalah kata hikmah. Kata filsafat islam itu sendiri merupakan gabungan dari kata filsafat dan islam. Menurut beliau filsafat islam merupakan filsafat yang tumbuh dinegeri islam dan dibawah naungan negara islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya.
Diantara para filosof islam, ibnu rusyd merupakan salah satu filosof yang pemikiran-pemikirannya amat banyak dan beragam serta beliau juga termasuk ilmuwan yang produktif. Beliau merupakan filosof yang menganut aliran aristoteles. Gaya penuturan yang mencangkup komentar, koreksi dan opini sehingga karyanya lebih hidup dan tidak sekedar deskripsi belaka. Hal inilah yang membuat karya-karya beliau mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan karya-karya filosof yang lain.
Untuk itulah penulis  menulis makalah ini yang dirasa menarik untuk dibahas.


PEMBAHASAN
  1. RIWAYAT HIDUP DAN KARYA-KARYANYA

1.       Riwayat Hidup

Nama asli dari ibnu Rusyd adalah Abu Al-walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd. Beliau dilahirkan di Cordova, Andalus pada tahun 510 H/1126 M, sekitar 15 tahun setelah wafatnya al-Ghozali. Orang barat lebih mengenal beliau dengan sebutan Averrois. Beliau berasal dari keluarga terhormat yang terkenal sebagai tokoh keilmuan. Kakek dan ayahnya mantan hakim di andalus
Ibnu Rusyd tumbuh dan hidup dalam keluarga yang besar sekali Ghirah-nya pada ilmu pengetahuan. Ketajaman berpikir dan kejeniusan otaknya menjadian ia dapat mewarisi sepenuhnya intelektualitas keluarganya dan berhasil menjadi seorang sarjana All-round yang menguasai berbagai disiplin ilmu, seperti hukum, filsafat, kedokteran, astronomi, sastra arab dan lainnya.
Ibnu rusyd lahir pada masa pemerintahan Al-Murafiah yang digulingkan oleh golongan Al-Muhadiah di Marrakusy pada tahun 542 H/1147 M, yang menaklukan Cordova setahun kemudian. Yang akhirnya diwariskan kepada tiga orang pewarisnya, dari golongan Al-Muhadiah, yaitu ‘abd Al-mu’min, Abu Ya’qub dan Abu Yusuf, yang diabdi oleh Ibnu rusyd.
Ketika Abu Ya’qub menjadi Amir,ia diperintahkan untuk menulis ulasan-ulasan mengenai buku-buku Aristoteles. Ia menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, dan mulai menulis ulasan-ulasan mengenai buku-buku Aristoteles, sehingga ia digelari “pengulas” (comentator) oleh Dante (1265-1321 M) dalam bukunya Divine Commedia (Komedi Ketuhanan).
Pada tahun 565 H/1169 M beliau diangkat menjadi hakim di Seville dan Cordova. Karena prestasinya yang luar biasa dalam ilmu hukum, pada tahun 1173 ia di promosikan menjadi ketua Mahkamah Agung, Qadhi al-Qudhat di cordova.
Ketika Ibnu Tufail (w.1185M) pensiun,Ibnu rusyd menggantikan sebagai dokter pribadi khalifah Abu Ya’qub di Marakis, tahun 1182 M. Tahun1185 M, beliau mengalami inkuisisi (al-mihan), karena pengaduan sekelompok fuqaha yang tidak menyukainya. Ibnu Rusyd dan para filosof lainnya akhirnya di asingkan ke Lucena, perkampungan yahudi dekat Cordova,dan semua filsafat karyanya dibakar kecuali yang bersifat ilmu pengetahuan murni (Sains), seperti kedokteran, matematika dan Astronomi.
Untunglah masa getir yang terjadi tidak berlangsung lama( satu tahun). Pada tahun 1197 M, khalifah mencabut hukumannya dan posisinya di rehabilitasi kembali. Akan tetapi, beliau kemudian meninggal pada tanggal 10 desember 1198 M/ 9 Shafar 595 H di Marakesh dalam usia 72 tahun.

2.       Karya-karyanya

Ibnu Rusyd merupakan seorang ilmuwan yang sangat produktif. Karyanya amat banyak dan beragam, mencapai 78 buah, mencakup soal filsafat, kedokteran, hukum, teologi Astronomi, sastra dan lainnya. Salah satu kelebihan karya tulisnya adalah gaya penuturan yang mencangkup komentar, koreksi dan opini sehingga karyanya lebih hidup dan tidak sekedar deskripsi belaka. Akan tetapi, karyanya sangat sulit ditemukan dan sekiranya ada sudah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan Hebrew (yahudi), bukan dalam bahasa aslinya.
Beberapa karya Ibnu rusyd yang masih dapat kita temukan adalah sebagai berikut:
·         Fashl al-Maqal fi ma bain al hikmat wa al-syari’ah min al ittishal, berisikan korelasi antara agama dan filsafat.
·         Al-kasyf’an manahij al ‘adillat fi ‘aqa’id al-millat, berisikan kritik terhadap metode para ahli ilmu kalam dan sufi.
·         Tahafut al-tahafut, berisikan kritikan terhadap karya al-ghozali yang berjudul Tahafut Al-Falasifat.
·         Bidayat Al-Mujtahid wa nihayat al-muqtashid, berisikan uraian-uraian di bidang fiqih.
  1. FILSAFAT IBNU RUSYD

1.    Pencarian tuhan

Dalam bukunya Tahafut al Tahafut dan Manahij al-Adillah, filsafat Ibnu Rusyd membahas tentang wujud Tuhan, sifat-sifat-Nya dan hubungan-Nya dengan alam. Ibnu Rusyd meneliti berbagai golongan yang timbul dalam islam, diantaranya Asy’ariyah, Mu’tazilah, Batiniyah, Hasyawiyah dan Sufi. Masing-masing golongan mempunyai kepercayaan yang berlainan tentang Tuhan, dan banyak memindahkan kata-kata Syara’ dari arti lahirnya pada takwilan-takwilan yang disesuaikan dengan kepercayaannya.
Menurut Hasyawiyah, jalan menuju tuhan adalah lewat pengajaran lesan bukan nalar. Maksudnya, untuk mengerti tuhan dicapai dengan mendengar informasi yang disampaikan Rasulullah SAW dan nalar tidak ada kaitannya dengan masalah ini. Sebaliknya kelompok Asy’ariyah percaya bahwa jalan menuju tuhan adalah lewat rasio.
Menurut Ibnu Rusyd, metode yang disampaikan kelompok Hasyawiyah bertentangan dengan ajaran teks suci yang banyak memerintahkan manusia untuk beriman berdasarkan bukti-bukti rasional, sedang pemikiran Asy’ariyah tidak bisa diikuti masyarakat kebanyakan (awam) disamping argumennya tidak kukuh dan tidak meyakinkan. Kelemahan yang sama juga terjadi pada kaum sufi, disamping metodenya menghapuskan kegiatan spekulasi yang diperintahkan dalam teks suci (Al-Qur’an). Pada kelompok Mu’tazilah, hal yang hampir serupa dengan kelompok Asy’ariyah karena tidak adanya kitab-kitab pendukung argumennya.
a). Wujud Tuhan
Dalam Fashl al maqal, Ibnu Rusyd menyatakan bahwa mengenal pencipta itu hanya mungkin dengan mempelajari alam wujud yang diciptakan-Nya, untuk dijadikan petunjuk bagi adanya pencipta itu. Allah memberikan dua dalil dalam kitab-Nya, yang diringkas oleh Ibnu Rusyd sebagai:
1)      Dalil Inayat
Ayat-ayat yang mewujudkan dalil inayat adalah seperti: “Dan bukankah kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak”(Q.S An-Naba: 6-7)
Dalam dalil ini, menyatakan bahwa tata kehidupan semesta ini, pergantian siang dan malam,adanya bintang dan tumbuhan, ternyata sesuai dengan kebutuhan dan kehidupan manusia. Ini tentu tidak terjadi secara kebetulan karena tidak terjadi hanya beberapa kali tapi secara konstan, sehingga pasti ada yang mengendalikan dan mengaturnya, ada yang merencanakan secara detail dan mewujudkannya demi kepentingan manusia.
2)      Dalil Ikhtira’



                     
Ayat-ayat yang mewujudkan dalil ikhtira’ adalah seperti: “sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat-pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya”(Q.S Al-Hajj: 73).
Dalil Ikhtira menyatakan bahwa semesta yang rapi dan teratur ini tidak mungkin muncul dengan sendirinya tetapi pasti ada yang menciptakan. Begitu seterusnya sampai pada pencipta terakhir yang tidak tercipta.
b). Pengetahuan Tuhan Tentang Juziyyat
Imam Ghozali dalam bukunya Tahafut al Falasifah telah menyatakan kekafiran pada para filosuf  disebabkan tiga halyaitu adanya keyakinan mereka bahwa Alam adalah Qadim (ada tempat permulaan), Allah tidak mengetahui segi-segi bagian (juziyyat) dan interpretasi mereka tentang kebangkitan jasmani (dari kubur) serta kehidupannya sesudah mati.
Ibnu Rusyd berkomentar: yang nampak secara lahir daria apa yang dikatakannya (Al-Ghozali) bahwa pengkafiran terhadap para filosuf itu tidaklah defintif, sebab ia menjelaskan dalam At tafriyah bahwa mengkafirkan orang lain karena telah melanggar ijma hanya mengandung sifat tentitif belaka.
Anggapan Al-Ghozali bahwa para filosuf berpendapat bahwa Alloh SWT sama sekali tidak mengetahui Juziyyat (segi-segi bagian yang terjadi di dunia) dalah keliru. Karena sesungguhnya para filosuf berpendapat bahwa Allah SWT mengetahui juziyyat hanya saja dengan cara yang berbeda dengan cara kita mengetahui juziyyat.

2.     Qadimnya Alam

Menurut Ibnu Rusyd, Al-Ghozali keliru menarik kesimpulan bahwa tidak ada seorang filosof muslimpun yang berpendapat bahwa qadimnya alam sama dengan qadim-Nya Alloh SWT,tetapi yang mereka maksudkan adalah yang ada berubah menjadi ada dalam bentuk lain. Karena penciptaan dari tiada (Al-‘adam), menurut filosof muslim adalah suatu yang mustahil dan tidak mungkin terjadi. Dari tidak ada (nihil yang kosong) tidak bisa terjadi sesuatu. Oleh karena itulah, materi asal alam ini mesti qadim.
Kelihatannya, menurut pemikiran Al-Ghozali, pada saat Alloh menciptakan alam, yang ada hanyalah Alloh SWT sendiri, dan tidak ada sesuatupun selain-Nya. Sementara itu menurut pemikiran para filosof muslim, di kala Alloh menciptakan alam sudah ada sesuatu selain Alloh. Dari sesuatu yang ada itulah Alloh menciptakan alam.
Untuk mendukung pendapatnya, Ibnu Rusyd mengemukakan Sejumlah ayat Al-Qur’an: QS al-Anbiya’ ayat 30, Hud ayat 7, Fushshilat ayat 11 dan al-Mu’minun ayat 12-14.
a). Azalinya Gerakan
Dari segi gerakan dan kesucian gerakan, wujud dapat dibagi menjadi dua yaitu: wujud yang mesti adanya(wajibul wujub/sebab dari semua sebab), yang mustahil mengalami gerakan yang menghendaki adanya perubahan dan yang berarti terbatas dan menjadi alam mungkin dan ketidak terbatasannya. Sedang wujud yang lain adalah wujud yang selain dari wujud pertama dan wujud yang kedua ini pasti mempunyai gerak yang azali, maka zaman berarti tidak ada, baik masa lampau, masa kini ataupun di masa yang akan datang, karena tiap-tiap bagian didahului apa yang menjadi dasar dan sumbernya serta mendahului apa yang timbul keluar darinya. Dari keadaan pertama terjadilah masa lampau dan dari keadaan kedua terjadilah masa mendatang, sebab merupakan bagian dari gerakan alam itu sendiri.
b). Alam Adalah Qadim dan Hadits
Ibnu rusyd dalam memahami wujud alam apakah ia qadim atau baru?  Ia mengakui bahwa Tuhan adalah yang membuat alam, sebagaimana yang tercermin dalam tulisan-tulisannya.akan tetapi yang menjadi masalah adalah mendahuluinya zaman atas alam,ataukah zaman dan alam itu wujud bersama-sama. Bagi ibnu Rusyd bahwa alam ini adalah qadim, karena ia wujud dengan kemauan Tuhan, sedang kemauan-Nya tidak bisa ditolak dan tidak ada permulaanya.

3.     Kebangkitan Jasmani

Menurut Al-Ghozali, salah satu unsur yang menyebabkan orang menjadi kafir adalah karena mengingkari adanya kebangkitan jasmani di akhirat kelak. Hal ini banyak terjadi di kalangan filosuf.
Ibnu Rusyd menyangkal hal itu, karena kebangkitan jasmani telah tersiar kurang lebih seribu tahun yang lalu(dari masanya), sedang usia filsafat kurang dari masa itu, dimana orang yang pertama-tama mengatakan adanya kebangkitan jasmani ialah nabi-nabi bani Israel yang datang sesudah nabi Musa AS.
Islam dalam masalah kebangkitan jasmani di akhirat lebih banyak mendorong kepada amalan-amalan utama. Oleh karena itu penggambaran terhadap kebangkitan jasmani itu dengan gambaran-gambaran materiil lebih baik daripada penggambaran-penggambaran rohani seperti yang digambarkan syara’ bahwa surga diperuntukan orang-orang yang taqwa dengan sungai (telaga) yang mengalir dibawahnya. (QS. 17: 15; 55; 50; 66, 77: 41, 88: 12).
Menurut Ibnu Rusyd, apa yang dikemukakan Al-Ghozali dalam menangkis para filosof adalah baik sekali. Namun dalam tangkisan itu jiwa harus diperkirakan tidak mati (tetap hidup), seperti yang ditunjukan oleh dalil-dalil pikiran dan syara’. Juga harus diperkirakan bahwa yang akan kembali di akherat nanti adalah seperti perkara yang terdapat di dalam dunia bukan perkaranya itu sendiri, karena perkara yang telah hilang itu sendiri tidak akan kembali, seperti pendapat Al-Ghozali sendiri.

4.     Kerasulan Nabi

Menurut Ibnu Rusyd, kebenaran bahwa tuhan mengutus nabi bisa dibuktikan dengan dua hal
(1) bahwa rasul adalah manusia yang menjelaskan hukum-hukum lewat wahyu, bukan dengan belajar,
(2) bahwa orang yang mampu melaksanakan tugas seperti itu hanya seorang rasul, seperti tugas seorang dokter adalah menyembuhkan orang sakit dan orang yang bisa menyembuhkan orang sakit adalah dokter.

KESIMPULAN

Berdasarkan materi yang telah disampaikan dapat diambil kesimpulan bahwa:
·                     Nama asli dari ibnu Rusyd adalah Abu Al-walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd. Beliau dilahirkan di Cordova, Andalus pada tahun 510 H/1126 M, beliau meninggal pada tanggal 10 desember 1198 M/ 9 Shafar 595 H di Marakesh dalam usia 72 tahun.
·                     Ibnu Rusyd merupakan seorang ilmuwan yang sangat produktif. Karyanya amat banyak dan beragam, mencapai 78 buah, mencakup soal filsafat, kedokteran, hukum, teologi Astronomi, sastra dan lainnya.
·                     Ibnu Rusyd menyatakan bahwa mengenal pencipta itu hanya mungkin dengan mempelajari alam wujud yang diciptakan-Nya, untuk dijadikan petunjuk bagi adanya pencipta itu.dalam hal ini beliau menggunakan dua dalil yaitu dalil Inayat dan dalil ikhtira’.
·                     Dalam berbagai hal tentang filsafat, ibnu Rusyd banyak sekali berbeda pendapat dengan para filosof seperti imam ghozali.
·                       . Bagi ibnu Rusyd bahwa alam ini adalah qadim, karena ia wujud dengan kemauan Tuhan, sedang kemauan-Nya tidak bisa ditolak dan tidak ada permulaanya.
·                     Islam dalam masalah kebangkitan jasmani di akhirat lebih banyak mendorong kepada amalan-amalan utama
·                     Menurut Ibnu Rusyd, kebenaran bahwa tuhan mengutus nabi bisa dibuktikan dengan dua hal yaitu bahwa rasul adalah manusia yang menjelaskan hukum-hukum lewat wahyu, bukan dengan belajar,dan bahwa orang yang mampu melaksanakan tugas seperti itu hanya seorang rasul, seperti tugas seorang dokter.



DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, Drs. H.A.. Filsafat Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2007.
Soleh , A. Khudori. Wacana Baru Filsafat Islam. Yogyakarta:CV Pustaka Pelajar, 2004.
‘imarah, Muhammad.. 45 tokoh pengukir sejarah, Solo: Era Intermedia, 2007.
Sirajudin, Zar.. Filsafat Islam: filosof dan filsafatnya. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »