KEDUDUKAN
GURU PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI DI SMA
PENDAHULUAN
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
(PAI) pada sekolah atau madrasah selalu mendapatkan berbagai kritik. Berbagai persoalan
seperti kurang berhasilnya perubahan sikap dan perilaku keberagamaan oleh
sebagian peserta didik sering dikaitkan dengan kegagalan pelaksanaan pendidikan
agama Islam di Sekolah. Anggapa ini berkaitan erat dengan realita yang dihadapi
bangsa Indonesia dengan berbagai persoalannya. Sehingga sebagian pakar
menyatakan bahwa krisis multidimensi
yang melanda bangsa ini merupakan bagian dari kegagalan pendidikan agama di
Indonesia, termasuk Pendidikan Agama Islam[1].
Dengan memperhatikan persoalan
tersebut, seorang guru agama seharusnya dituntut untuk melakukan berbagai
inovasi dalam proses pembelajaran. Perub ahan pertama adalah terkait paradigm yang
harus dikembangkan bahwa PAI di sekolah bukan hanya menjadi tugas guru dan
tenaga kependidikan lain di sekolah, melainkan orang tua juga terlibat dalam
perubahan paradigm tersebut. Banyaknya beban dan peran yang diterima seorang
guru, menjadi hal yang menarik untuk dikaji baik dari segi ajaran Islam itu
sendiri maupun kaitannya dengan PAI di ranah Sekolah Menengan Atas (SMA).
PEMBAHASAN
A. Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Al-Qur’an,
pendidik itu ada empat macam, yaitu Alloh SWT, para Nabi, kedua orang tua dan
orang lain. Orang yang keempat inilah yang selanjutnya disebut dengan guru[2]. Guru atau pendidik
merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik dan lebih
utama pada perguruan tinggi[3]. Sedangkan pendidik dalam
perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan
sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sesuai dengan ajaran
Islam[4].
Sedangkan pendidikan
agama Islam itu dapat diartikan sebagai
program yang terencana dalam menyiapakan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam serta diikuti
tuntunan-tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan
bangsa. Kalua tujuan pendidikan agama dirumuskan untuk PAI, maka tujuan PAI
adalah membantu terbinanya sarjana muslim yang beriman, berilmu dan beramal
sesuai ajaran agama Islam[5].
B.
Peran
dan Tugas Guru
Menurut Suparlan[6], guru memiliki peran yang
sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan, antara lain:
1.
Sebagai
Pendidik
a.
Mengembangkan
kepribadian
b.
Membina
budi pekerti
2.
Sebagai
Pengajar
a.
Menyampaikan
ilmu pengetahuan
b.
Melatih
ketrampilan, memberikan panduan dan petunjuk
c.
Paduan
antara memberikan pengetahuan bimbingan dan ketrampilan
d.
Merancang
pembelajaran
e.
Melaksanakan
dan menilai efektifitas pembelajaran
3.
Sebagai
Fasilitator
a.
Memotivasi
dan membantu siswa
b.
Membimbing
siswa dalam proses pembelajaran didalam dan diluar kelas
c.
Menggunakan
strategi dan metode pembelajaran yang sesuai
d.
Menyediakan
bahan pengajaran
e.
Mendorong
siswa untuk mencari bahan ajar
4.
Sebagai
Pembimbing
a.
Memberikan
bimbingan tentang gaya pembelajaran siswa
b.
Mencari
kekuatan dan kelemahan siswa
c.
Memberikan
latihan dan penghargaan terhadap siswa
d.
Mengenal
permasalahan yang dihadapi siswa dan menemukan solusinya
e.
Membantu
siswa mengenal bakat dan minat siswa
f.
Mengeali
perbedaan individual siswa
5.
Sebagai
Pelayan
a.
Memberikan
layana pembelajaran yang nyaman dana man sesuai dengan perbedaan individual
siswa
b.
Menyediakan
fasilitas pembelajaran dan layanan sumber belajar
6.
Sebagai
Perancang
a.
Menyusun
program pengajaran dan pembelajaran berdasarkan kurikulum ynag berlaku
b.
Menyusun
rencana mengajar
c.
Menentukan
strategi dan metode pembelajaran
7.
Sebagai
Pengelola
a.
Melaksanakan
administrasi dan presensi kelas
b.
Memilih
strategi dan metode pembelajaran yang efektif
8.
Sebagai
Inovator
a.
Menentukan
strategi dan metode mengajar yang efektif serta dapat meningkatkan kemampuan
dan ketrampilan dalam menggunakannya
b.
Mau
mencoba dan menerapkan strategi dan
metode pembelajran yang baru
9.
Sebagai
Penilai
a.
Menyusun
tes dan Isntrumen penilaian dan melaksanakan penilaian secara objektif
b.
Mengadakan
pembelajaran remedial dan pengayaan
C.
Kedudukan
Guru dalam Pendidikan Islam
Salah satu hal yang
amat menarik dala ajaran Islam adalah penghargaan terhadap guru yang sangat
tinggi. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan guru setingkat
dibawah kedudukan Nabi dan Rasul. Hal itu dikarenakan, guru selalu terkait
dengan ilmu (pengetahuan) sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan[7]. Kedudukan orang alim
dalam islam dihargai tinggi apabila orang itu mengamalkan ilmunya. Sebenarnya tingginya
kedudukan guru dalam Islam merupakan realitas ajaran Islam itu sendiri. Islam
memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar, yang
belajar adalah calon guru dan yang mengajara adalah guru.
Dengan melihat tugas
yang dilakukan oleh guru yang disertai kesabaran, penuh keikhlasan tanpa pamrih
itulah yang menempatkan kedudukannya menjadi orang yang dihormati. Dengan demikian
secara filosofis penghormatan yang tinggi kepada guru adalah sesuatu yang logis
dan secara moral dan social sudah selayaknya harus dilakukan. Namun demikian,
tidak berarti seorang guru dapat semaunya memperlakukan anak didiknya[8].
Kedudukan guru yang
tinggi dalam Islam kelihatan memang berbeda dari kedudukan guru di dunia barat.
Di barat hubungan gur-murid adalah hubungan kepentingan antara pemberi dan
penerima jasa. Dalam sejarahnya, hubungan guru-murid dalam Islam ternyata
sedikit demi sedikit berubah; nilai-nilai ekonomi sedikit demi sedikit mulai
masuk. Yang terjadi sekarang kurang lebih sebagai berikut
1.
Kedudukan
guru dalam islam semakin merosot
2.
Hubungan
guru-murid semakin kurang bernilai. Penghargaan (penghormatan) murid terhadap
guru semakin menurun
3.
Harga
karya mengajar semakin tinggi
Secara lahiriah kita
dapat mengatakan bahwa kedudukan guru, penghormatan guru, penghormatan murid
dan upah guru dalam islam sekarang semakin bergeser kepada nilai-nilai barat.
D.
Kedudukan
Guru PAI di SMA
Jika dalam Islam
kedudukan seorang pendidik yaitu setingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rasul,
maka menurut penulis, kedudukan guru baik PAI maupun non PAI sama-sama
berkedudukan sebagai pendidik, motivator, evaluator dan lainnya yang sama
halnya dengan yang diungkapkan oleh Suparlan sebelumnya. Yang mebedakan hanya
tujuan akhir dan hasil dari pengajaran guru PAI terhadap siswa karena jelas
setiap guru mempunyai target penciptaan pengajaran yang berbeda.
Tujuan PAI di sekolah
maupun madrasah baik itu ditingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA ataupun yang
sederajat yaitu untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengamalan peserta
didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang
dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi[9].
Selain hal diatas,
kedudukan guru juga sebagai berikut:
1.
Sebagai
referensi bagi guru-guru lain atas masalah-masalah agama. Jadi seorang guru
juga harus selalu mengikuti perkembangan zaman (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
2.
Sebagau
pelindung dan pengayom bagi siswa bahkan guru atas masalah agama, supaya
peserta didik tidak terjerumus kedalam hal-hal yang tidak baik terhadap
masalah-masalah agama yang ada tersebut
3.
Sebagai
panutan dalam masalah ibadah
4.
Sebagai
contoh atau suri tauladan dala berakhlak dan beretika dalam komunitas sekolah
maupun masyarakat.
Dari tujuan yang
dituangkan diatas, maka dapat dilihat bahwa seorang pendidik itu mempunyai
kedudukan yang tinggi dimana pendidik juga harus bias mengetahui psikologi anak
didiknya. Apalagi peserta didik jenjang SMA yang mana sedang dalam masa
pubertas. Jadi seorang gur tidak bias mengekang dangan segala tugas atau
materi-materi yang ada sehingga mereka menjadi jenuh dan bosan terhadap mata
pelajaran maupun pendidiknya itu.
Selain itu seorang gur juga harus bias
menjadi sahabat bagi peserta didiknya, bias mengerti mereka serta pendidik
dapat menciptakan suasana yang hidup saat proses belajar mengajar berlangsung dengan
berbagai fasilitas, metode dan strategi yang ada tanpa mengurangi apa yang
menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut.
PENUTUP
Sebagai
seorang pendidik, guru memiliki peran dan tugas yang sangat penting dalam dunia
pendidikan. Hal itu yang mengantarkan seorang pendidik mempunyai kedudukan yang
amat tinggi. Dalam Islam seorang pendidik mempunyai kedudukan setingkat dibawah
kedudukan Nabi dan Rasul. Selain itu juga, di Indonesia guru juga sangat
berjasa dalam mengantarkan peserta didiknya menempuh kesuksesan dan juga
seorang guru yang mempunyai julukan pahlawan tanpa tanda jasa itu karena
keikhlasannya dalam menyampaikan ilmunya.
[1] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. (Jakarta :
Raja Grafindo Persada, Ed. 3, 2009) hal. 18
[2] Drs. Abudin Nata, M.A, Filsafat
Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1997) hal 67
[3] Drs. Muhammad Alim, M.Ag.
Pendidikan Agama Islam; Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim
(Bandung: Rosdakarya, 2006) hal 6
[4] Dr. Al-Rasyidin, M.A dan Dr. H. Samsul Nizar, M.A. Filsafat
Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (CIputat: Ciputat
Press. 2005) hal 42
[5] Dr. Al-Rasyidin, M.A dan Dr. H. Samsul Nizar, M.A. Filsafat Pendidikan Islam…… hal. 7
[6] Drs. Suparlan, M.Ed. Guru Sebagai
Profesi (Yogyakarta; Hikayat. 2006) hal 37-39
[7] Drs. Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan
dalam Perspektif Islam (Bandung; Rosdakarya, 2004) hal 76-77
[8] Drs. Abudin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, hal 70
[9] Abdul Majid, S.Ag. dan Dian
Andani, S.Pd. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Rosdakarya,
2006) hal 135