Sumber Keagamaan Dalam Jiwa Manusia



Sumber Keagamaan Dalam Jiwa Manusia

A.    PENDAHULUAN        
Manusia hidup di muka bumi ini tidak terlepas dari kebersamaan dengan manusia lainnya sehingga disebut dengan makhluk sosial. Dalam hubungannya itu setiap orang tentu berbeda-beda dalam bersikap dan bersosialisasi itu. Setiap karakteristik manusia latar belakangnya bisa melalui tempat dan budaya bahkan agama. Sehingga ketika kita pergi ke daerah lain yang baru dan kita kurang paham akan kondisi sosial masyarakatnya perlu waktu bagi kita untuk bisa mengerti mereka dalam pergaulan atau bersosialisasi. Tidak jarang pula kita yang datang ke daerah tersebut disikapi dengan daerah asal kita. Sehingga kita mengenal berbagai karakteristik setiap daerah bermacam-macam corak nya. Pada akhirnya timbullah kebudayaan dalam yang lingkup kedaerahan.
Sebenarnya kesemuanya itu tidak berangkat berdasarkan hanya pada aspek sosial tapi juga dari aspek - aspek yang lain.  Salah satunya keagamaan, yang di mana agama seringkali bersinggungan langsung dengan jiwa manusia. Perlu kita kaji mengenai hal ini melihat kenyataan manusia satu dengan tidak sama yang menimbulkan kebudayaan pada tatanan masyarakat. Untuk memudahkan pemahaman kita mengenai hal itu perlu juga  bagi kita mengetahui teori sumber keagamaan yang sebagai pembentuk kejiwaan manusia. Dengan pengetahuan dari masing – masing teori diharapkan kita bisa memposikan keagamaan kita dalam ranah pendidikan.
B.   Teori Tentang Sumber Keagamaan Pada Jiwa Manusia
Setiap manusia mempunyai keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Ke semua itu tidaklah terelakkan lagi, begitu juga dengan jiwa manusia yang butuh akan keagamaan. Kebutuhan keagamaan ini tumbuh atau berkembang tentunya adanya suatu latar belakangnya. Karena pemikiran dan tingkah lakunya manusia juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan untuk perkembangannya sebagai makhluk sosial.  Sehingga kejiwaan merupakan kebutuhan kodrati yang berupa keinginan untuk mendekat pada zat yang mempunyai kekuasaan mutlak hingga  mencintainya, yang dalam realitanya dikenal dengan kejiwaan agama. Adapun yang menjadi sumber atau latar belakang kejiwaan agama menurut para ahli :
  1. Teori Monistik (mono : satu)
Menurut teori monistik, yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berasal dari satu sumber kejiwaan. Sumber tunggal manakah yang paling dominan sebagai sumber jiwa kjiwaan itu? Terhadap sumber kejiwaan yang dominan itu, di kalangan ahli terjadi perbedaan pendapat:
a.      Menurut Thomas van Aquiono
Yang menjadi dasar kejiwaan agama ialah: Berfikir. Manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri. Pandangan  semacam ini mendapat tempatnya hingga sekarang di mana para ahli mendewakan rasio sebagai satu-satunya motif yang menjadi sumber agama.
b.      Menurut Frederick Hegel
Agama adalah suatu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tepat kebenaran abadi. Berdasarkan konsep itu maka agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
c.       Menurut Frederick Schleimacher
Yang menjadi sumber keagamaan adalah rasa ketergantungan yang mutlak. Dengan adanya rasa ketergantungan yang mutlak itu manusia merasakan dirinya lemah. Kelemahan itu menyebabkan manusia selalu menggantungkan hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada di luar dirinya. Dari rasa ketergantungan itulah timbul konsep tentang Tuhan. Rasa tidak berdaya untuk menghilangkan tentangan alam yang selalu dialaminya, lalu timbullah upacara untuk meminta perlindungan kepada kekuasaan yang diyakini dapat melindungi mereka. Itulah realitas dari upacara keagamaan dan pengabdian para penganut agama kepada suatu kekuasaan yang mereka namakan tuhan.
d.      Menurut Rudolf Otto
Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang berasal dari The Whaly Other (yang sama sekali lain), jika seseorang dipengaruhi oleh rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain, maka keadaan mental seperti itu oleh R Otto disebut “Numinous. Perasaan itulah menurut R. Otto sebagai sumber dari kejiwaan agama manusia. R. otto mengakui “nominous “ merupakan sumber yang esensial.
e.       Menurut Sigmund Freud
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah libido seksual (naluri seksual). Berdasarkan libido ini timbulah ide tentang Tuhan dan upacara keagamaan, melalui proses:
1)      Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani kuno yang menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus membunuh ayahnya. Kejadian itu berawal dari manusia primitiv. Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri sendiri.
2)      Father Image (cinta bapak): setelah membunuh bapaknya Oedipus dihantui rasa bersalah, lalu timbul rasa penyesalan. Perasaan itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan manusia yang mereka lakukan, timbullah keinginan untuk memuja arwah ayah karena khawatir akan pembalasan arwah tersebut, Dari pemujaan itulah menurut Freud sebagai asal dari upacara keagamaan. Jadi agama muncul dari ilusi (khayalan) manusia.
f.       Menurut William Mc Dougall
William Mc Dougall adalah salah seorang psikologi insting. Ia berpendapat  tidak ada insting khusus sebagai “sumber jiwa keagamaan”, tetapi merupakan kumpulan dari beberapa insting. Pada diri manusia terdapat 14 macam insting. Maka agama timbul dari dorongan insting tersebut secara terintegrasi. Namun pendapat ini banyak mendapat bantahan dari para ahli psikologi agama. Alasannya jika agama merupakan insting, maka setiap orang tanpa harus belajar agama pasti akan terdorong secara spontan.
  1. Teori Fakulti ( Faculty Theori) 
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak bersumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur. Perbuatan manusia yang bersifat keagamaan dipengaruhi oleh 3 fungsi, yaitu:
a.       Fungsi Cipta (reason), yaitu fungsi intelektual jiwa manusia. Melalui cipta orang dapat menilai dan membandingkan serta selanjutnya memutuskan sesuatu tindakan terhadap stimulus tertentu, perasaan intelek ini termasuk dalam aspek agama yang dapat dilihat (agama modern, peranan dan fungsi reason) fungsi berpikir sangat diutamakan dalam lembaga keagamaan yang menggunakan ajaran berdasar jalan pikiran yang sehat dalam mewujudkan ajaran yang masuk akal. Ada pendapat yang beranggapan bahwa agama yang ajarannya tidak sesuai akal merupakan agama yang kaku dan mati.
b.      Fungsi Rasa (emotion), yaitu suatu tenaga dalam jiwa manusia yang banyak berperan dalam membentuk motivasi dalam corak tingkah laku seseorang. Jika fungsi reason digunakan secara berlebihan, akan menyebabkan ajaran agama menjadi dingin. Jadi, fungsi reason hanya pantas berperan mengenai supra natural saja, sedangkan untuk memberi makna dalam kehidupan beragama diperlukan penghayatan yang seksama dan mendalam. Yang menjadi objek penyelidikan adalah bukan anggapan bahwa pengalaman keagamaan seseorang dipengaruhi emosi tapi, sampai berapa jauh kah peranan emosi dalam agama. Karena, jika secara mutlak emosi yang berperan tunggal dalam agama,maka akan mengurangi nilai agama itu sendiri.
c.       Karsa (will) itu merupakan fungsi eksekutif dalam jiwa manusia. Karsa berfungsi mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin serta ajaran agama berdasarkan fungsi kejiwaan. Tanpa adanya peranan will  agama tersebut belum tentu terwujud sesuai dengan kehendak reason atau emosi.  Suatu kepercayaan yang dianut tidak akan berarti sama sekali apabila dalam keyakinan kepercayaan itu will tidak berfungsi secara wajar, jika fungsi will berlebihan maka akan terlihat tindakan keagamaan yang berlebihan pula. Keadaan tersebut menyebabkan penilaian masyarakat terhadap agama tidak akan mendapat tempat yang sewajarnya.
Ketiganya berfungsi antara lain:
a.       Cipta, berperan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelektual seseorang.
b.      Rasa, menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
c.       Karsa, menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.
  1. Beberapa Pemuka Teori Fakulti
a. G.M. Straton
Menurut Straton, yang menjadi sumber jiwa keagamaan adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia. Konflik itu disebabkan oleh keadaan-keadaan yang berlawanan seperti: baik-buruk, moral-imoral, kepastian-kepastipan, rasa rendah diri-rasa harga diri menimbulkan pertentangan (konflik). Dikotomi-dikotomi itu (serba dua) termasuk yang menimbulkan rasa agama dalam diri manusia. Konflik selain membawa kemunduran dapat juga membawa ke arah kemajuan, seperti konflik dalam ukuran moral dan ide-ide keagamaan yang dapat menimbulkan pandangan baru. Jika konflik itu sudah begitu mencekam manusia dan mempengaruhi kejiwaannya, maka manusia akan mencari pertolongan kepada kekuasaan Tuhan. Sigmund freud berpendapat bahwa dalam setiap organis terdapat 2 konflik kejiwaan yaitu, :
1)   life-urge yaitu keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari keadaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
2)    Death-urge yaitu keinginan untuk kembali pada keadaan semula sebagai benda mati. G.M Straton berpendapat konflik yang positif tergantung atas adanya dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar, sebagai keadaan yang menyebabkan timbulnya konflik.
W.H Clark berpendapat bahwa ekspresi dari petentangan antara death-urge dan life-urge merupakan sumber kejiwaan agama dalam diri manusia.
Para pemeluk agama mengamalkan agamanya dengan penuh keikhlasan dalam hidupnya, karena didorong oleh ketakutan akan death-urge (hari akhirat) life-urge membawa penganut agama ke arah pandangan yang positif dan liberal, sedangkan death-urge membawa ke arah sikap pasif dan konservativisme (jumud).
c. Dzakiah Darajat
Menurut Dzakiyah, manusia memiliki 6 kebutuhan pokok :
1)      Kebutuhan akan rasa kasih sayang, adalah kebutuhan yang menyebabkan manusia mendambakan rasa kasih. Bentuk negatif dari kasih sayang antara lain : mengeluh, mengadu, mengkambing hitamkan orang dan lain-lain. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan menimbulkan gejala psiko-somatis seperti hilang nafsu makan,pesimis,keras kepala, kurang tidur dan lain-lain.
2)      Kebutuhan akan rasa aman, adalah kebutuhan yang mendorong manusia mengharapkan adanya perlindungan, kehilangan rasa aman ini mengakibatkan manusia sering curiga, nakal, mengganggu, membela diri dan lain-lain.
3)      Kebutuhan akan harga diri, adalah kebutuhan yang bersifat individual yang mendorong manusia agar dirinya dihormati dan diakui oleh orang lain. Misalnya, sikap sombong, ngambek, sifat sok tau dan lain-lain. Kehilangan rasa ini menyebabkan tekanan batin seperti sakit jiwa.
4)      Kebutuhan akan rasa bebas, adalah kebutuhan yang menyebabkan seseorang bertindak secara bebas untuk mencapai kondisi dan situasi rasa lega. Kebebasan dapat dalam bentuk tindakan atau pun pernyataan verbal.
5)      Kebutuhan akan rasa sukses adalah kebutuhan manusia yang menyebabkan ia mendambakan rasa keinginan untuk dibina dalam bentuk penghargaan terhadap hasil karyanya.
6)      Kebutuhan akan rasa ingin tahu (mengenal) adalah kebutuhan yang menyebabkan manusia sering meneliti dan menyelidiki sesuatu. Jika kebutuhan ini diabaikan akan mengakibatkan tekanan batin.
Jadi menurut Dzakiyah, gabungan dari ke-6 kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan agama, karena melalui agama kebutuhan tersebut dapat disalurkan.
d. W.H Thomas
Yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar dalam jiwa manusia, yaitu:
1)      Keinginan untuk keselamatan. Keinginan ini tampak jelas dalam kenyataan manusia untuk memperoleh perlindungan atau penyelamatan dirinya baik berbentuk biologis maupun non biologis.
2)      Keinginan untuk mendapat penghargaan Keinginan ini merupakan dorongan yang menyebabkan manusia mendambakan adanya rasa ingin dihargai dan dikenal orng lain.
3)      Keinginan untuk ditanggapi. Keinginan ini menimbulkan  rasa ingin mencinta dan dicinta dalam pergaulan.
4)      Keinginan untuk pengetahuan atau pengalaman baru. Keinginan ini menyebabkan manusia mengeksplorasi dirinya untuk mengenal sekelilingnya dan mengembangkan dirinya.
Didasarkan pada keempat macam keinginan dasar agama. Melalui ajaran agama yang teratur, maka keempat keinginan keinginan dasar itu akan tersalurkan . ajaran agama mengindroktrinasikan konsep tentang adanya balasan bagi setiap amal baik dan buruk.
C.    KESIMPULAN
Teori keagamaan yang baru kita simak bersama, secara keseluruhan baik yang monostik atau yang fakultik sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter seseorang. Selain itu keagamaan jiwa manusia juga benar- benar terbentuk berdasarkan latar belakang yang berbeda-beda, tetapi menuju pernyataan yang sama sebagai pembentuk karakter seseorang. Dan apabila semua orang mempunyai karakter secara umum maka timbul kebudayaan.
Dalam dunia pendidikan islam, tentu hal ini sangat bermanfaat. Sebabnya dengan pendekatan jiwa melalui agama sangat anak didik jadi benar - benar dilatih tentang kedudukannya di dunia, agar lebih terarah pada tujuan hidup. Dengan demikian untuk menciptakan anak yang baik kejiwaan pendekatan agama harus diberikan padanya melalui lingkungan yang mendukung kejiwaan anak tersebut. Alasan ini berdasarkan pada kejiwaan manusia terbentuk juga berdasarkan suatu latar belakang atau sebab. Lingkungan itu dalam pendidikan untuk kejiwaan yang agamis tentunya lingkungan sekolah juga yang agamis, mulai dari sarana prasarana hingga cara pengajarannya.

  1. DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1996
Darajat Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama Jakarta : PT . Bulan Bintang. 1990

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »